Cuplik.Com - Haiti: Setelah gempa bumi dahsyat mengguncang negeri miskin di Laut Karibia itu Selasa sore waktu setempat (12/1). Ribuan orang diperkirakan tewas dalam musibah itu meruntuhkan istana kepresidenan, hotel-hotel mewah dan permukiman warga rata dengan tanah.
Gempa berkekuatan 7,0 skala Richter (SR) itu mengguncang sekitar pukul 16.53 Selasa atau pukul 04.53 Rabu WIB. Pusat gempa berlokasi sekitar 10 mil atau 15 km barat Port-au-Prince dengan kedalaman hanya sekitar 8 km. Karena lokasi gempa yang sangat dekat itu, ibu kota nyaris hancur total.
Itu merupakan gempa terdahsyat di negeri Karibia tersebut dalam lebih dari 200 tahun. Gempa dahsyat dengan kekuatan sama kali terakhir melanda Haiti pada 1897. Sebelumnya, gempa serupa juga terjadi pada 1770. Badan Geologi AS (USGS) melaporkan, setelah gempa dahsyat Selasa lalu, terjadi sedikitnya 27 gempa susulan di negara tersebut.
Jumlah korban secara pasti, termasuk yang luka-luka, belum dapat diumumkan. Tetapi, hampir setiap saat warga yang selamat menemukan korban tewas. Operasi penyelamatan terus diupayakan. Bantuan internasional mulai dan segera berdatangan, seperti dari AS, Prancis, Inggris, dan negara-negara lain.
''Pusat Kota Port-au-Prince telah hancur. (Gempa) ini benar-benar bencana yang dahsyat,'' ujar seorang pria bernama Pierre kepada AFP. Dia selamat dalam musibah itu, tetapi terlihat trauma saat diwawancarai.
Warga yang terluka berupaya menyelamatkan diri karena gempa susulan terus mengguncang. Dalam kondisi panik, mereka berupaya berlindung di tempat yang aman. Mayat-mayat yang tergeletak di jalan dibiarkan begitu saja.
Jumlah korban jiwa diestimasikan cukup banyak karena skala kerusakan akibat gempa memang sangat besar. Diperkirakan, banyak korban juga tertimbun reruntuhan gedung-gedung dan bangunan.
Selain istana kepresidenan (National Palace) yang hancur, markas misi PBB di Port-au-Prince rata dengan tanah. Misi PBB di Haiti (MINUSTAH) menjalankan operasi menjaga perdamaian sejak 2004 setelah negara itu dilanda perang saudara.
Misi PBB memiliki 250 personel. Karena kantor PBB rata dangan tanah, semua personelnya menjadi korban. Tetapi, belum bisa dipastikan berapa yang tewas. ''Banyak yang masih tertimbun reruntuhan gedung. Mungkin ada yang selamat, tetapi sebagian besar diyakini tewas,'' ujar seorang pegawai lokal PBB yang selamat dengan luka-luka di tubuh.
Hedi Annabi, kepala MINUSTAH, dilaporkan termasuk yang tewas. Selain itu, Jordania melaporkan tiga warganya yang bergabung dalam misi tersebut tewas dan 21 lainnya luka-luka. Brazil menyatakan empat warganya di pasukan penjaga perdamaian tewas. Delapan tentara Tiongkok juga tewas terkubur reruntuhan dan delapan lainnya hilang.
Sekitar 200 warga asing yang berada di Hotel Montana dilaporkan hilang. Menteri Negara Urusan Kerja Sama Prancis Alain Joyandet memperkirakan, mereka tewas tertimbun reruntuhan hotel. ''Kami tahu, terdapat sekitar 300 orang di dalam hotel saat ambruk. Tetapi, hanya 100 orang yang bisa keluar,'' katanya.
Sebuah rumah sakit di Petionville, pinggiran Port-au-Prince, juga ambruk. Begitu pula sekolah, rumah-rumah di kawasan mewah maupun perkampungan kumuh, fasilitas bisnis, pasar, serta gedung-gedung milik pemerintah rata dengan tanah.
Polisi, Palang Merah, dan petugas PBB berupaya membawa korban luka ke rumah sakit. Tetapi, evakuasi terhambat akibat rusaknya jalan-jalan.
''Rumah sakit tidak mampu menampung dan menangani semua korban,'' kata dokter Louis-Gerard Gilles, mantan senator yang membantu para korban selamat. ''Warga Haiti perlu berdoa. Kita semua harus berdoa bersama,'' lanjutnya.
Kamerawan Associated Press menyaksikan rumah sakit runtuh di Petionville. Pasien menjerit dan berteriak untuk meminta pertolongan. Kawasan perbukitan di pinggiran Port-au-Prince itu selama ini dikenal sebagai lokasi kediaman para diplomat dan tempat tinggal warga Haiti yang kaya.
Di sebuah apartemen empat lantai yang hancur, seorang gadis 16 tahun berdiri di atas mobil dan mencoba mengintip ke dalam. Gadis itu menyatakan keluarganya terjebak di dalam bangunan. Beberapa pria menarik sebuah kaki dari reruntuhan.
Sara Fajardo dari Catholic Relief Services bertutur bahwa hampir semua bangunan di seberang jalan dari kantornya hancur. ''Sebagian staf kami terpaksa tidur di udara terbuka karena khawatir tidur di dalam ruangan tidak aman,'' tuturnya.
Dubes Haiti untuk AS Raymond Alcide Joseph melukiskan gempa itu sebagai ''bencana dalam skala besar''. Sedangkan Dubes Haiti untuk Meksiko Robert Manuel mengatakan bahwa atasannya, Presiden Rene Preval, dan istri selamat.
Sebagai negeri paling miskin di Benua Amerika, Haiti, beberapa kali diguncang bencana. Tiga kali badai hebat menerjang pada 2008 dan menewaskan 793 orang. Selain itu, lebih dari 300 lainnya hilang.