Menurut cerita yang beredar, Gunung Merapi itu ada kekuatan yang menunggu, yaitu Romo Permadi dan Kyai Sapu Jagad. Gunung Merapi dipercaya sebagai pusat kerajaan mahluk halus, sebagai "swarga pangrantunan".
Konon, sebelum kehidupan manusia, keadaan dunia miring tidak stabil. Batara Guru memerintahkan kepada kedua Empu (Rama dan Permadi) untuk membuat keris, sebagai pusaka tanah Jawa agar dunia stabil.
Namun belum lagi selesai, keburu mengutus para Dewa untuk memindahkan gunung Jamurdipa yang semula berada di Laut Selatan ke Pulau Jawa bagian tengah, utara Kota Yogyakarta (sekarang) dimana kedua Empu tersebut sedang mengerjakan tugasnya.
Karena bersikeras berpegang pada tugas Bathara Guru, serta tidak mau memindahkan kegiatannya, maka terjadilah perang antara para Dewa dengan kedua Empu tadi yang akhirnya dimenangkan oleh kedua Empu tersebut.
Mendengar kekalahan para Dewa, Batara Guru memerintahkan Batara Bayu untuk menghukum keduanya dengan meniup Gunung Jamurdipa. Gunung itu terbang diterpa angin besar ke arah utara dan jatuh tepat di atas perapian dan mengubur mati Empu Rama dan Permadi. Namun sebenarnya dia tidak mati hanya berubah menjadi ujud yang lain dan akhirnya menguasai kraton makhluk halus di tempat itu.
Sejak itu lah arwahnya dipercaya untuk memimpin kerajaan di Gunung Merapi itu.
PENGGANTI MBAH MARIDJAN
Keberadaan kerajaan gaib di Gunung Merapi ini diiyakan oleh Ponimin, 50, orang yang disebut-sebut akan menggantikan posisi Mbah Marijan sebagai juru kunci Merapi. Warga Kaliadem, Kepuharjo, Cangkringan, ini tidak asing lagi buat warga Cangkringan karena sehari-hari berprofesi sebagai pawang hujan di area golf Gunung Merapi.
Bagi Ponimin, Merapi bukanlah gunung biasa tapi sebuah kraton megah yang dihuni Panembahan Senopati. "Merapi, kraton yang sangat besar," cerita Ponimin.
Ponimin mengatakan pada 1994 ia pernah mendapat bisikan yang memintanya memejamkan mata. Saat itulah di Gunung Merapi ia melihat sebuah istana. "Di dalamnya diisi jin dan juga tokoh kerajaan. Di atas istana ada panembahan Senopati," katanya.
Di kalangan masyarakat, banyak juga yang mempercayai adanya kerajaan makhluk halus ini. Bahkan selama ini masyarakat lereng bagian selatan gunung teraktif di dunia itu sangat yakin Merapi tidak akan pernah membahayakan mereka. Mereka beranggapan kawasan selatan Merapi yang mereka diami merupakan halaman kerajaan gaib tersebut.
Oleh karenanya mereka yakin Merapi tidak akan mungkin membuang ‘kotoran' ke halamannya sendiri. "Mboten mungkin Merapi bade ngregeti latare piyambak (tidak mungkin Merapi mengotori halamannya sendiri)," kata Widodo, 70, warga Kepuharjo.
SELASA DAN JUMAT KLIWON
Warga Merapi juga percaya jika gunung itu tak sembarang hari ‘batuk'. Ada hari khusus untuk ‘batuk-batuk' mengeluarkan asap tebal dan material vulanik yang dikandungnya.
Menurut masyarakat, Mbah Petruk (sebutan untuk penunggu puncak Merapi), punya dua hari istrimewa untuk membuang abu. Kedua hari itu adalah Selasa dan Jumat dan harus jatuh pada weton Kliwon.
"Warga mriki nyebat dinten meniko awrat sanget (warga Merapi menyebut hari itu sangat berat)," ungkap Mbah Marji Wiyono, 65, warga Kaliadem.
Menurutnya, pada hari keramat itu gunung akan melakukan aktivitas dan saat bersamaan penunggu Merapi turun gunung. Karenanya, pada hari itu, masyarakat akan prihatin bahkan berpuasa atau membuat ‘sego tumpeng kalih ingkung' (tumpeng dan ayam ingkung) agar selamat dari bahaya.
Kakek lima cucu ini menunjuk contoh ledakan pada 1999 yang jatuh pada Jumat kliwon. Saat itu, wedhus gembel panas meluncur cepat memporakporandakan Desa Turgo, Pakembinangunan. Sleman.
BATUK LAGI
Mbah Marji tak bisa menjelaskan mengapa pada letusan kali ini jauh pada hari Selasa pahing. "Selasa Pahing dengan Jumat Kliwon itu hanya berjarak dua hari," ungkapnya. "Terbukti kan pada Jumat Kliwon (29/10-red) Merapi batguk-batuk lagi."
Luncuran awan panas Gunung Merapi Jumat (29/10) kembali gemparkan warga kaki Gunung Merapi. Mereka panik karena sirine bahaya terus berdengung.
Luncuran awan panas sejak sore hingga pagi terlihat jelas karena cuaca sangat cerah. Tidak seperti hari-hari sebelum yang gelap.
Kemarin pos-pos barak pengungsian kembali disibukkan oleh mobil evakuasi. Akibat luncuran awan panas tersebut beberapa kawasan di kaki Merapi seperti Turgo, Kaliurang, Sleman Yogyakarta, maupun di wilayah Kec. Srumbung, Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, terjadi hujan abu. Lava pijar saat malam juga terlihat jelas.
Di tempat berbeda, Ketua PB Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), H.Masyhuril Khamis, mengingatkan umat Islam untuk tidak mempercayai hal yang mistik, apalagi dapat mendangkalkan nilai keimanan kepada Allah SWT. Yang jelas, pemilik alam dan isinya ini adalah Yang Maha Kuasa, Allah SWT. "Jangan kita menjadi syirik," tegas Masyhuril Khamis.