Danamon Sediakan Rp 804 Miliar untuk Kerugian Transaksi Derivatif

Cuplik.Com - Jakarta: PT Bank Danamon Indonesia Tbk menyatakan telah membukukan kerugian dan pencadangan dari tagihan derivatif di dalam biaya non-recurring. "Besarnya Rp 804 miliar," ujar Wakil Direktur Utama Danamon Joseph Luhukay dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (24/2).

Jumlah tersebut sudah termasuk biaya pembatalan kontrak dan provisi atas kontrak yang masih berjalan. Per 31 Desember 2008, nilai nosional (notional amount) transaksi derivatif yang belum jatuh tempo ialah US$ 677 juta atau Rp 8,12 triliun. "Tapi nilai wajar(mark to market)-nya US$ 132 juta saja," tuturnya.

Jika pada 30 September 2008 tercatat ada 55 nasabah transaksi derivatif, jumlah tersebut telah berkurang menjadi 31 nasabah per 31 Desember 2008. "Sebagian nasabah telah menyelesaikan kewajibannya dalam bentuk pembayaran tunai ataupun restrukturisasi," ucapnya. Beberapa nasabah yang tersisa, menurut Jos, telah mendapatkan kesepakatan penyelesaian, sedangkan sebagian lainnya kini dalam proses negosiasi.

Sebelumnya, produk derivatif dimiliki banyak perusahaan, termasuk perusahaan milik negara untuk tujuan lindung nilai (hedging) ataupun spekulasi. Krisis finansial ternyata menyeret nilai rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika, yang mengakibatkan kerugian yang tak sedikit. Bank Indonesia pada Desember lalu akhirnya melarang produk derivatif yang dihubungkan dengan rupiah.Kalangan nasabah maupun pihak perbankan merasa rugi dan tak sanggup melanjutkan kontrak derivatif. Kedua belah pihak kemudian menegosiasikan kontrak tersebut dan merestrukturisasinya. Dalam beberapa kasus, kesepakatan tidak tercapai sehingga kasus berlanjut ke meja hijau.

Hal tersebut terjadi pada Danamon dan PT Elnusa Tbk. Elnusa sempat memasukkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Namun keduanya kemudian memutuskan untuk membuat kesepakatan di luar pengadilan, sehingga gugatan Elnusa pun dicabut.