"Hal itu membuktikan Presiden SBY semakin tidak sanggup menjamin suasana kerukunan beragama, di samping melupakan potensi kerusuhan sosial yang dapat ditimbulkan dari adanya kasus disharmoni tersebut," ujar Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan dalam keterangan persnya, Selasa (8/2/2011).
Menurutnya, konflik yang dipicu oleh persoalan Ahmadiyah dan peristiwa kerusuhan di Temanggung, Jawa Tengah, bukan saja menjelaskan pudarnya peran pemerintah dalam membangun rasa aman di tengah masyarakat, namun juga gambaran terjadinya krisis kewibawaan pemerintah yang semakin merosot di hadapan rakyat.
"Pemerintahan SBY cenderung abai dalam mengantisipasi konflik sosial dan membiarkan akar pemicu konflik tidak tersentuh secara benar, termasuk abai dalam mengupayakan penegakan hukumnya," tegasnya
Sementara itu, lanjut Syahganda, berbagai risiko sosial kini sangat mudah tersulut akibat meluasnya kegamangan dan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Menurutnya, akar konflik sosial di masyarakat terjadi oleh lemahnya kepemimpinan nasional Presiden SBY dalam mengangkat taraf kehidupan rakyat untuk bisa sejahtera.
Syahganda menambahkan, SBY juga harus bekerja lebih ekstra untuk menciptakan kenyamanan hidup rakyat yang saat ini mulai dihinggapi rasa frustrasi sosial dan ekonomi, agar akhir pemerintahannya berjalan baik dan lancar.
"Karena jika tidak, SBY akan terus tersandera oleh berbagai kesulitan dan tidak akan bisa ke luar dengan selamat, termasuk boleh jadi terganggu secara serius untuk sampai pada 2014 nanti," tandasnya.