Sebagian besar pengguna tidak mengikuti tindakan pencegahan dasar dengan menginstal patch, sehingga menjadikan pemangsa relatif mudah mencuri identitas.
Adanya penemuan ini setelah pemerintah memperkirakan kejahatan cyber telah merugikan konsumsen senilai US$3,5 miliar per tahun.
Penelitian ini dilakukan browser Qualys, sebuah perusahaan keamanan AS. Mereka mengumpulkan data dari sebuah layanan gratis yang menawarkan scan browser dan plug-in untuk kerentanan unpatched.
Qualys mengatakan pada konferensi keamanan teknologi di San Fransisco belum lama ini, bahwa browser plug-in yang termasuk aman adalah Chrome, Firefox, Internet Explorer, Opera dan Safari. Pasalnya browser-browser ini selalu memperbarui secara otomatis versi terbaru perangkat lunaknya.
Plug-in, perangkat lunak yang melayani banyak fitur canggih di situs seperti video dan interaktivitas yang tidak sering diperbarui, mengakibatkan pengguna rentan terkena virus maupun kejahatan cyber.
Mesin plug-in Oracle Java 40% rentan terhadap hacker. Kemudian Adobe Reader plug-in yang memungkinkan pengguna melihat dokumen PDF di dalam jendela browser 32%, rentan terhadap keamanan. Sementara itu Apple Quicktime media player 25% mengalami kerentanan unpatched.
Suksesnya serangan hacker terhadap plug-in, memberikan mereka remote control dari browser. Dan memungkinkan hacker mencuri data sensitif seperti kredensial internet banking.
Para ahli keamanan berharap browser generasi berikutnya akan membantu menyelesaikan masalah. Seperti HTML 5 yang baru diluncurkan menyediakan plug-in yang dimasukkan ke dalam update browser secara otomatis.