Dalam pertemuan akhir pekan lalu, pemimpin Eropa berkomitmen terus mendorong reformasi ekonomi sebagai cara untuk membantu negara-negara anggota yang lebih lemah. Sejauh ini, dana talangan di Eropa ditanggung sepenuhnya oleh rakyat sebagai pembayar pajak.
Para pemimpin memperjelas kemungkinan rugi bagi para investor swasta yang akan memberi pinjaman ke zona euro. "Kami harus memastikan bahwa ada resiko mengalami kerugian," papar Deputi Perdana Menteri (PM) Finlandia Jyrki Katainen, yang menjadi tuan rumah pertemuan yang didominasi para politisi sayap tengah-kanan Eropa ini.
Dalam pernyataan yang dirilis usai pertemuan, para pemimpin, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel menyetujui Pakta Kompetisi Franco-German mengenai reformasi ekonomi. Selain usulan membuat target numerik atas seberapa cepat negara-negara ini harus mengurangi beban utangnya.
Italia yang sedang memiliki banyak utang, dikabarkan lebih dahulu menyetujui penerapan target angka pasti untuk kewajiban penurunan utang. Belgia sempat tidak menyetujui bagian dari Pakta Kompetisi mengenai upah yang berhubungan dengan inflasi. Tidak jelas seperti apa versi halus dari pakta itu karena, kata Katainen, para pemimpin masih membahasnya.
Pertemuan Partai Rakyat Eropa (EPP) tersebut juga memberi napas baru terhadap diplomasi yang terus berubah selama sebulan terakhir, guna mencari jawaban besar yang dibutuhkan Eropa saat ini. Pekan depan, 17 pemimpin dari zona euro akan bertemu dan kemungkinan akan dilanjutkan dengan diskusi para menteri keuangan. Ditutup dengan pertemuan Uni Eropa (UE), akhir April.
Namun pertemuan terakhir inilah yang tampak menggarisbawahi dengan tegas jurang pemisah Eropa Utara dan Selatan. Yakni antara kaya dan miskin, serta pihak dermawan dan penerima. Lihat saja Finlandia, model dari kestabilan fiskal. Negara ini diproyeksikan mengalami defisit terendah kedua di blok euro, setelah Luksemburg yang kecil dan kaya.
EPP memiliki kubu lain yang berlawanan, Party of European Socialist (PES). Anggotanya, negara-negara Eropa yang sedang kembang-kempis memikirkan cara mengurangi utang-utangnya, seperti Yunani, Portugal dan Spanyol. Mereka juga mengadakan pertemuan serupa di Athena, dimana hanya PM yunani George Papandreou sebagai pejabat tertinggi yang hadir.
Zona pengguna euro memang sedang menghadapi masalah pelik yang saling terkait. Tak banyak yang bisa diselesaikan tanpa mempengaruhi satu dengan lainnya. Ada lembaga penyelamat utama kawasan, Fasilitas Kestabilan Finansial Eropa (EFSF), yang sayangnya bersifat sementara dan tak bisa melakukan misi penyelamatan lagi pada pertengahan 2013.
Para pemimpin kini pun sibuk memperdebatkan dan mencari penggantinya. Namun, hal tersebut membutuhkan perubahan dari kebijakan para pendiri blok itu sendiri. Belum ada kesepakatan mengenai kekuatan yang dibawa pendanaan model baru. Selain adanya keinginan membuat pendanaan lebih fleksibel ketimbang yang ada saat ini.
Dilema pun membayang jika pendanaan permanen mulai diberlakukan. Timbul pertanyaan, apa yang akan dilakukan dengan EFSF yang keberadaannya hanya sementara. Belum lagi isu seputar Pakta Kompetisi yang tak kunjung usai, dimana Jerman ingin negara-negara lain memperluas revisi ekonomi.
Mulai dari peraturan-peraturan seputar anggara yang lebih berimbang, menaikkan batasan usia dalam sistem pensiun negara dan melangkah maju menuju sistem perpajakan yang lebih konsisten di seluruh blok. Dan Eropa pun masih berkutat menguraikan benang-benang ruwet ini.