Mulut yang menghina, mencaci, menghardik
Bahkan sering kali ghibah keluar darinya
Tanpa aku sadari, dan mengalir begitu saja
Entahlah secara langsung atau melalui media - media lainnya
Atas nama kewajaran dan meng istiqomahkan kedholiman
Jaga dan peliharalah mulut ini, nikamat yang Engkau berikan
Nikamat yang seharusnya dipelihara, dan sebagai alat mendekatkan diri
Ampuni, ampuni aku..
Tingkah kekhilafan yang tak kunjung berkurang
Kesombongn meruak begitu di banggakan
Tak ayal kecongkakan merasuki dan menguasai diri
Lupa semua itu semu dan dibatasi waktu
Lupa nanti semua lenyap di makan zaman
Lupa semua hanya titipan dan
Lupa nanti akan ditanyakan olehNya
Ampuni, ampuni aku
Masa dilupakan, kewajiban ditunda
Oh sungguh bukan Dia yang membutuhkannya
Aku, aku yang membutuhkan sebenaranya
25 menit saia yang Ia minta dari 24 jam yang aku punya
Jangan kan awal, untuk tepat saja aku sering menawar
Untuk menunda, dan mengulur - ngulurnya
Aku tegaskan sekali lagi kepada diri
Bukan , bukan Dia yang mebutuhkannya
Melainkan aku, aku yang sesungguhnya sangat membutuhkannya
Ampuni, ampuni aku...
Amanah yang dipercayakanNya sebagai khalifah bumi
Sering kali diingkari dan dikhianati
Demi sebuah kepuasan sesaat, dan keuntungan diri
Lupa akan ikrar dan sumpah yang di ucapkan
Ketika sumpah dan ikrar dengan kitab suciNya
Tapi aku mengingkarinya juga dengn menyebut nama agungNya
Ampun, Ampuni aku....
Kehalaln kabur menjadi abu - abu
Ikhtiar sebagai bekal ibadah, melupakan ibadah itu sendiri
Jatuh kedalam ke fanaan dunia dan lupa akan akhirat
Akhirat masa yang pasti akan dialami dan dijalani
Terbius rayu dan bujuk keindahan semu
Lupa hak atas pemilik Jiwa ini
Ampuni, ampuni aku...
Jakarta, 30 Maret 2011
.:: Aliyya Hanafie ::.