Magelang - Wabah hama ulat bulu semakin meluas. Dua kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yaitu Kecamatan Muntilan dan Kecamatan Ngluwar, juga terkena dampaknya.
Ulat bulu yang menyerang di Kecamatan Muntilan, tepatnya di Dusun Nepen, Desa Gunungpring, menyerang tanaman mangga. Ulat sebesar jari itu berwarna coklat, menggelantung, serta menggerogoti puluhan daun mangga.
"Sudah selama sepekan ini ulat-ulat bulu itu menggelantung banyak dipohon mangga saya," ungkap Fauzan, pemilik pohon mangga, Senin (11/4/2011) di depan rumahnya.
Di Kecamatan Ngluwar, ulat bulu berwarna putih menyerang pada puluhan batang pohon kelapa. Akibatnya, banyak daun pohon yang rusak dan terancam mati.
Pohon kelapa terserang ulat tersebar di lima dusun di antaranya Dusun Plosowetan, Dusun Plosokulon, Dusun Karangsanggrahan, Dusun Dangkel (Desa Karangtalun) dan Dusun Pendem (Desa Jamus Kauman).
"Sudah mulai seminggu ini daun pohon kelapa dimakan ulat. Awalnya hanya sedikit namun sekarang sudah banyak yang dimakan ulat," tegas Sutikno, warga Plosowetan.
Ketua Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) Desa Plosogede, Subur Sugiatno, menyatakan sudah puluhan pohon kelapa yang diserang ulat. Dia juga sudah melaporkan hama ulat bulu putih itu ke Disperbunhut Kabupaten Magelang.
"Setelah dilapori langsung saya cek. Memang benar karena serangan ulat. Saya kemudian berkeliling ternyata sudah puluhan pohon yang terkena," ujar Subur.
Sejumlah petugas Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disperbunhut) langsung mensurvey ke lokasi serangan ulat. Survey ini dilakukan oleh PPL Kecamatan Ngluwar, mantri pertanian serta pengamat hama tanaman. Mereka berkeliling ke pusat serangan hama di sekitar Desa Plosogede. Dari hasil pengamatan dan survey ini ditemukan sampel ulat.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Plosogede, Singgih Pramono, mengatakan, ulat yang menyerang pohon kelapa milik warga tersebut memiliki ciri-ciri berkepala hitam dengan tubuh warna hijau dan berbulu putih tebal.
"Tubuh ulat sebenarnya hijau karena bulunya putih tebal sehingga terlihat seperti berwarna putih. Kami sudah mengumpulkan sampel untuk dilakukan penelitian lebih lanjut," tegas Singgih.
Singgih mengatakan belum bisa menentukan nama dan jenis ulat tersebut. Saat ini, pengamat hama tanaman dan petugas terkait masih melakukan kajian.
"Kita masih terus memantau penyebaran ulat ini. Selain itu, karakteristik ulat juga perlu diketahui agar bisa ditentukan langkah pemberantasan hama yang terbaik. Pemberantasan hama yang kurang tepat dikhawatirkan bisa menyebabkan hama menjadi kebal," tutur Singgih.