Penelitian dilakukan di 33 lokasi dari Bukit dan Nusa Dua di selatan hingga Gilimanuk dan Tulamben di bagian utara mulai tanggal 29 April 2011.
Penasehat senior Konservasi Internasional Indonesia Mark Erdmann mengatakan tim peneliti yang dipimpinnya terkejut dengan penemuan ini karena ternyata Pulau Bali mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
"Kita menemukan delapan spesies ikan yang baru yang sebelumnya tidak diketahui. Ada belut, ada ikan kardinal, ada dotty back, ada gobi," kata Erdmann kepada BBC Indonesia.
Di samping itu, lanjutnya, tim peneliti juga menemukan satu spesies karang yang dipastikan baru.
Jumlah penemuan baru ini bisa juga bertambah karena masih ada beberapa karang yang baru ditemukan tetapi masih perlu diuji lebih lanjut.
Ketika ditanya apakah spesies ikan baru itu endemik perairan Bali atau mungkin migrasi dari perairan lain, Mark Erdmann memastikan bahwa spesies ini khas Bali.
"Kita pernah melakukan survei yang mirip dengan ini di beberapa tempat Indonesia bagian timur maupun sedikit di barat juga. Dan memang spesies-spesies ini pertama kali muncul dan hanya di Bali," jelasnya.
Kerapu dan hiu habis
"Jadi saat ini kita harus berasumsi bahwa ikan ini adalah khas Bali."
Perkembangan positif lain yang ditemukan adalah pada umumnya terumbu karang saat ini kelihatan jauh lebih sehat dibanding kondisi 20 tahun lalu.
Pemulihan ini, lanjut Erdmann, terjadi karena pemboman ikan jarang dilakukan lagi.
Namun di sisi lain, beberapa jenis ikan yang memiliki nilai komersial sepeti ikan kerapu, napoleon, dan ikan hiu sudah habis. Tim peneliti menyelam selama hampir 350 jam tetapi tidak sering menjumpai ikan-ikan tersebut.
"Kita hanya menemukan tiga ekor hiu, tiga ekor napoleon rasp, dan dua ekor kerapu. Bisa bayangkan ikan komersialnya sudah betul-betul ditangkap berlebihan," jelas Erdmann.
Dia tidak sependapat bila perairan Bali dikatakan relatif tercemar. Walau ditemukan banyak sekali plastik, arus di sekitar Pulau Bali sangat kuat sehingga air kotor yang muncul dengan cepat terseret ke luar perairan Bali, katanya.
Survei ini dilakukan oleh Konservasi Internasional Indonesia bekerjasama dengan DKP Bali dan Universitas Warmadewa atas permintaan gubernur Bali dalam kaitan rencana penerapan jejaring kawasan konservasi laut di Bali.
Terdapat 25 tempat yang telah diidentifikasi sebagai calon kawasan konservasi.