Sehari-hari puluhan ribu KK tersebut hanya memanfaatkan lampung dinding (lampu teplok), cempor, atau petromak untuk penerangan rumah terutama pada malam hari. Serta menggunakan aki untuk menghidupkan televisi, DVD maupun radio/tape.
"Rumah tangga yang belum menikmati penerangan listrik ini menyebar di seluruh desa di kecamatan yang ada di Ciamis. Tidak hanya di kampung tetapi juga di keramaian kota," ujar Kepala Bidang Energi dan Ketenagalistrikan Dinas Binamarga, PSDA dan ESDM Ciamis, Drs Ono Rohana kepada Tribun Senin (23/5).
Ke-51.484 KK atau rumah yang belum mendapat penerangan listrik yang menyebar di 356 desa dan kelurahan di 36 kecamatan tersebut, kata Ono, disebabkan banyak hal.
"Di perkotaan kebanyakan karena pemilik rumah belum sanggup untuk memasang sambungan listrik dengan alasan ekonomi. Kebanyakan dari mereka adalah penduduk pra-KS," ujar Ono.
Sementara di pedesaan selain akibat ekonomi, kata Ono juga karena factor teknis. Banyak penduduk yang membuat rumah jauh dari rumah lainnya yang sudah mendapatkan aliran listrik, atau ada sekelompok rumah yang jauh dari jaringan listrik PLN. Misalnya perumahan penduduk yang berlokasi disisi hutan atau di pedalaman maupun di pelosok bekas perkebunan yang jauh dari jangkauan jaringan listrik PLN.
"Bila di kota, rumah warga yang belum mendapatkan layanan listrik tersebut sifatnya sporadic. Tetapi bila dipedesaan ada yang sampai satu kelompok seperti satu RT atau satu RW yang belum menikmati penerangan listrik. Lantaran lokasi RT/RW tersebut jauh dari jangkauan jaringan listrik," kata Ono.
Untuk warga yang belum mampu memasang jaringan listrik di rumahnya akibat ketidakmampuan secara ekonomi (keluarga Pra-KS), pada tahun 2011 ini, kata Ono, ada 116 KK yang mendapat bantuan pemasangan listrik desa (lisdes) gratis yang dibiayai oleh APBD Ciamis dan 325 KK yang dibiayai oleh APBD Jabar.