Survei yang dilakukan pembuat chip televisi bergerak (mobile) Telegent Systems memperlihatkan masyarakat Indonesia sangat tinggi meluangkan waktunya untuk menonton siaran TV.
Sebanyak 45% responden menonton TV secara rutin lebih dari lima hari dalam seminggu. Sedangkan 53% responden menonton TV lebih dari 30 menit setiap hari.
Sedangkan sebagian besar masyarakat menonton acara TV secara bergerak (mobile). “Sebanyak 77% responden menonton TV secara mobile atau pada saat perjalanan seperti di mobil pribadi atau kendaraan umum seperti bus atau kereta,” kata Joseph M Lavalle, Vice President Sales Telegent Systems, pembuat chip TV untuk berbagai perangkat mobile terkemuka dari AS, di Jakarta, kemarin.
Survei itu dilakukan terhadap 281 masyarakat umum yang terdiri dari 74% pria dan 26% wanita. Survei dilakukan pada Januari 2009, sebanyak 47% di antaranya berusia 20-29 tahun.
Dalam satu setengah tahun terakhir ponsel merek lokal bermunculan dengan mengusung fitur ponsel TV. Saat ini ada sekitar 30 merek ponsel asal China yang beredar di Indonesia.
Di pasaran bisa ditemukan berbagai merek mulai dari Altrec, Anycool, Beyond, D-One, GStar, Haier, Imo, Kanselir, Kozi, K-Touch, Lotus, Micxon, Mito, My-G, Nexian, Ozon, Startech, Taxco, Techno, Titan, Vitell, dan VirtuV.
Fenomena itu mulai muncul sejak pengenalan ponsel TV dilakukan vendor secara besar-besaran. Konsumen tertarik, karena tidak perlu membayar pulsa untuk menonton TV.
General Manager PT Sinar Jaya Sukses Mandiri Nuraimin mengatakan HT Mobile hingga kini terus memasukkan ponsel TV baru. Vendor ponsel China dengan merek nasional itu yakin mampu bersaing melawan produk internasional dengan mengunggulkan TV dan multi simcard.
“TV analog dan multi simcard adalah dua fitur yang tidak diusung oleh ponsel merek global. Oleh karena itu ponsel TV analog memiliki peluang besar,” tegasnya.
Nuraimin mengatakan untuk bersaing dengan ponsel TV merek lain, HT Mobile memilih chip TV terbaik. Hal itu untuk memastikan agar kualitas TV yang dihasilkan ponselnya menjadi yang teratas.
Selain itu juga mengubah nama dari sebelumnya HiTech Mobile menjadi HT Mobile. Perubahan itu sebagai bagian dari pergantian manajemen, juga target untuk pemimpin pasar ponsel TV merek nasional.
“Dengan merek lama kami akui sempat keluar trek dari pangsa pasar yang dituju. Dengan perubahan nama ini kami ingin kembali menjadi pemimpin pasar di segmen ponsel TV,“ ujarnya.
Nuraimin menambahkan untuk perubahan nama itu HT Mobile harus mengeluarkan investasi yang tidak sedikit. Tapi perubahan nama itu menjadikan HT Mobile lebih fokus ke pasar yang ditujunya.
HT Mobile belum berencana untuk membuka pabrik sendiri di Indonesia. Nuraimin menyebut HT Mobile sebagai merek nasional, tapi kandungan lokal hanya 1% dan diproduksi oleh produsen China.
Ponsel TV di negara asalnya China kurang laku. Di Tanah Air ponsel ini digemari konsumen terutama oleh anak muda. Penjualan ponsel TV di China kurang bagus karena sinyal siaran TV di negeri itu lemah dan masyarakat disana lebih banyak memanfaatkan TV kabel. Kondisi ini sangat berbeda dengan di Indonesia karena stasiun TV banyak, selain itu sinyalnya bagus.
Nuraimin mengatakan selain fitur TV, HT Mobile masih mengandalkan dualsim. Ia menilai, HT mobile bisa memberikan nilai tambah dari fenomena tarif murah yang ditawarkan operator selular. Sementara ukuran ponsel TV yang besar dan berat diantisipasi HT mobile dengan merilis ponsel baru dengan desain lebih tipis.
Selain itu juga dilengkapi dengan accelerometer yang disebut G sensor. Fitur yang biasanya terdapat pada ponsel high end itu mampu mengubah tampilan layar dari potrait ke landscape secara otomatis.