Cuplik.com - Teman pernahkah kau merasakan bahwa hidup itu seperti puzzle yang terpotong potong dan kita yang harus merangkainya agar tampak indah jika dilihat dan dirasakan. Ini adalah beberapa kepingan dari kehidupanku,inilah mozaik kehidupanku.
Sore yang sendu ini aku duduk sambil mendengarkan lagu Brave yang dibawakan oleh Jennifer Lopez. Ya,aku harus berani menghadapi apapun yang aku alami saat ini. Salah satu nilai ujian akhir semester telah diumumkan dan aku remidi. Aku sangat sedih akan hal itu dan ada satu hal lagi yang membuat aku sangat sedih yaitu saat ini aku merasa kehilangan sahabat yang aku kagumi.
Brave, aku harus berani menghadapi apa yang aku alami ini, aku tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan. Aku tidak ingat betul kapan pertama kali aku kenal dengannya, dan hal itu tidak begitu berarti bagiku. Yang lebih berarti adalah beberapa waktu dia menjadi teman tempatku bercanda dan tempat aku mencurahkan kecapekanku karena kerja parttime. Aku sangat kagum padanya.
***
“Eh, yang dilakuin disana itu apa ya?” tanyaku sambil menunjuk ke arah salah satu tempat di gelanggang. Pada saat itu aku dan Fuad sedang duduk di foto kopian, tempat tingkrongan favorit kita.
“Mau tau?” jawabnya. “ayo ikut aku.” seketika itu dia berdiri dari tempat duduknya dan mengajakku untuk pergi.
“Mau kemana?” ternyata dia mengajakku menuju tempat yang aku tunjuk tadi.
“Mau apa?”tanyaku padanya.
“Kamu kan nanya disini untuk apa, jadi ya aku ajak biar kamu tanya sendiri, soalnya aku juga nggak tau.”
“Hhhh...” ternyata... “Norak, ayo turun.” lalu aku pergi meninggalkan dia.
Aku selalu menunggu “jemputan”ku di tempat duduk foto kopian itu, jika ada Fuad aku selalu ditemani olehnya. Aku sangat senang setiap kali dengannya dan aku merasa nyaman jika didekatnya.
Yang entah beberapa hari ini dia terasa semakin menjauh dariku.
***
“Teman, gimana nih ama bisnis kita, kok ‘mlempem’.” kata Wima, partner bisnisku.
Aku dan ke 6 temanku yang lain membentuk suatu tim untuk bisnis bersama. Tim ini terbentuk di salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang cukup besar yaitu KOPMA, karena saking besarnya jadi banyak anggota yang ‘berkreasi’ dengan pemikiran mereka. Dan dari 4 orang ‘sesepuh’ KOPMA inilah terbentuk tim kecil ini. 4 orang inilah yang mengajarkan kita untuk berbisnis. Akhirnya tim kecil ini berdiri sendiri untuk membuat bisnis impian kita.
Dan mungkin pada saat itu juga aku menjadi kenal dengan Fuad. Dia juga termasuk salah satu dari tim kecil kami.
“Aku males ah kalau jualan susu kedelai lagi,” kata Ani.
“Capek,” tambah Fafa.
Intermezo sedikit, tadi siang aku jalan-jalan ke salah satu pusat belanja di Jogja dan mampir ke salah satu toko buku disana, aku membaca salah satu buku tentang bisnis yang aku lupa judulnya, kalau ternyata bisnis susu kedelai itu sangat menguntungkan dan buku itu menyajikan perhitungannya. Salah satu alasan susu kedelai menjadi suatu bisnis yang menguntungkan karena biaya operasional yang tidak terlalu banyak dan banyak orang telah tahu tentang manfaat susu kedelai yang bagus sekali untuk kesehatan. Jadi nggak usah ragu deh kalau mau bisnis susu kedelai. Bisa dibaca di buku itu. mungkin jika kesana lagi aku akan membeli buku itu.
“Berarti kita harus punya ide lain nih...” sahutku.
“Apa ya, aku tu penginnya suatu bisnis yang benar-benar asli produk kita.” kata Ani kembali.
“Oiya, aku tu punya ide gimana kalo kita jualan pembatas buku, aku baca di suatu buku keterampilan kertas gitu, pembatas bukunya lucu-lucu dan pasti anak-anak kuliah pada mau beli deh.” argumenku.
“Ah...itu mah sama aja kita nyontek.” sahut Ani kembali. “yang benar-benar asli kita gitu.”
“Hm....” kita semua berfikir.
Dan akhirnya aku ngentut dan bubar semua deh pikiran kita. Kita tertawa dan saling berebut untuk memukulku.
“Woi...” kataku meminta ampun.
Aku sangat senang dengan persahabatan ini.
***
Adzan maghrib memanggilku untuk sejenak melepaskan kerinduanku pada Penguasa Alam ini. Pada saat itu juga ada pesan singkat yang dikirim oleh Fuad yang isinya “ntar kamu ke KOPMA ya, aku tunggu sampai jam 5.”
Berarti dia sudah memaafkanku, tapi kok jam 5 ya? Ini kan sudah jam setengah enam. Lalu aku balas, dan dia menjawab yang menurutku dia menjawab dengan sedikit ketus isinya “mang itu SMS dari jaman kapan?” seketika aku melihat tanggal dikirimnya pesan itu yaitu tanggal 18 Juni, sekarang sudah tanggal 19 Juni. Dadaku seperti dijerat sesuatu yang aku tak tahu apa itu.
Aku mengambil air wudhu, Ya Allah hapuskan dosa yang telah diperbuat oleh tangan ini, oleh mulut yang sering berkata yang menyakitkan orang lain, hidung yang membau hal yang dilarang oleh Mu, wajah yang sering menoleh untuk hal-hal yang maksiat, tangan ini, aku merasa aliran darahku berjalan dengan lancar sesuai dengan aliran anatomis tubuh, kepala ini yang isinya hanya diisi dengan kelicikan untuk menyakiti orang lain, telinga ini yang mendengar hal yang tidak baik, dan kaki ini yang selalu melangkah pada tempat yang salah, ampuni hamba Mu ini ya Allah.
***
“Apa ini?” kataku pada Fuad yang membuat sesuatu yang aneh menurutku. Dia membuat sesuatu dari struk telepon yang berwarna pink, saat itu kita sedang parttime di Wartel KOPMA UGM.
“Sini mana bukumu?” katanya sambil mengambil buku tulisku. Sebagai anak yang baik aku selalu membawa buku pelajaran. Haha...bohong. Aku hanya membawanya saja karena sama sekali aku tidak konsentrasi untuk belajar apalagi ada Fuad yang selalu menjahiliku.
“Bagus kan?” katanya setelah menempelkan keterampilan yang anehnya itu pada sampul buku ku.
“Hah?”jawabku.
“Ini tu kupu-kupu, temen-temenmu pasti ngiri ama ini,”katanya dengan memamerkan hasil seninya itu (dasar anak sastra) dengan ‘nyengir’ begitu nampaklah giginya yang kecil-kecil itu.
“Oke deh....” kataku mengalah padanya.
Aku lalu senyum kecil mengingat hal ini.
***
Saat ini aku hanya bisa mengenang hal yang pernah kita lalui.
Padahal aku sudah meminta maaf padanya, dia bilang kalau dia telah memaafkanku. Memang kesalahannya ada padaku, aku mengatakan kalau ada tipe orang pembohong dan itu tidak secara langsung aku tujukan padanya.
Pada saat itu kami sedang ikut Pendidikan Keorganisasian yang diadakan oleh KOPMA dan ada permainan yang membuatku harus bicara seperti itu, karena kelompoknya Fuad ini mengingkari janji yang telah dibuat bersama-sama. Aku tidak bermaksud langsung mengarah pada Fuad.
***
Sampai beberapa hari aku ingin sekali meminta maaf padanya.
Di malam yang dingin aku mengayuh sepeda yang aku pinjem dari temanku. Aku menuju kos nya Fuad yang aku tempuh dari KOPMA sekitar 10 menit. Jalan kaliurang yang menanjak itu aku lalui begitu saja.
“Fuad.” kataku sesampainya di depan kamarnya. Butuh waktu yang lama darinya untuk membuka pintu.
Akhirnya kita berbincang di luar kamarnya.
“Udah makan belum?”tanyaku padanya.
“Udah.”jawabnya.
“Fu,maafin aku ya.”
“Iya, aku kan udah bilang iya. Ini sepeda siapa?”
“Kok kamu nggak niat gitu bilangnya.”
“Aku ngantuk, aku baru tidur bentar trus kamunya dateng.”
“Kalau aku, sekalipun bangun tidur aku tetap bisa senyum kok.”
“Nggak semua orang kayak kamu!” dia menjawab tapi dia hanya mengedip-kedipkan matanya seperti orang yang benar-benar malas.
Lama kita terdiam. Lalu aku menuju sepeda.
“Eh mau kemana?”tanyanya.
“Pulang.”
Tanpa menengok ke belakang lagi aku mengayuh sepeda pink ini dengan dada yang sesak dan rasa ingin menangis. Kantung plastik hitam berbunyi karena melewati penghalang jalan, di dalam plastik itu ada telor tempe bakar yang sebelum berangkat aku beli dahulu di holliwod (jauh kan?bayangin aja kalau aku nyepeda dari KOPMA nyampe tempat nongkrongnya si Brad Pit yang cakep itu) Holliwod yang aku maksud warung makan deket KOPMA.
Selagi mengayuh sepeda ada pikiran bodoh di benakku, aku mengharapkan hal yang seperti di sinetron terjadi yaitu dia mengejarku dan meminta maaf padaku. Atau dia menungguku di KOPMA karena aku pulangnya menuju ke arah KOPMA untuk mengembalikan sepeda, lalu dia membawa bunga dan coklat.
Ah...itu hanya cerita cinderela yang ada di sineron.
***
Allah tidak akan membebani kita dengan beban yang di luar kemampuan kita. Allah udah janji gitu kok ama kita jadi kalau ada masalah yang terasa berat, tapi itu pasti bisa kok kita lewatin. nggak mungkin kan Allah ingkar janji, adanya kita terus yang ingkar janji ke Allah.
Hhhh...Aku menghembuskan nafas panjang. Tinggal satu hari lagi ujian semesterku. Esok aku libur, senang sekali rasanya karena untuk fakultasku yang namanya libur itu jarang sekali.
Sampai kapan Fuad akan acuh pada ku. Apa persahabatan itu mudah saja untuk dilupakan? Aku memang bersalah padanya.
Fuad, nggak semua pohon bisa berdiri kalau kehabisan air, tapi kaktus bisa.
dan tidak semua orang bisa jadi sahabat yang baik, tapi kamu bisa.
***
“iya, aku udah ngira kok kalo aku bakalan remidi. aku udah mempersiapkan hatiku untuk itu.” kataku kepada temanku setelah kita bersama-sama mlototin nilai ujian akhir semster.
Oiya..ujian yang itu bukanlah sepenuhnya ujian akhir semester, tapi ada ujian yang lebih akhir lagi, yaitu REMIDI. hiks... remidi bayarnya sepuluh ribu. habis duitku.
“Kamu sih ke KOPMA terus. kapan belajarnya” kata temanku menyahutku.
Walaupun aku bilang kalo udah mempersiapkan hati untuk remidi, tapi sebenarnya tenggorokan ku sangat sesak, ingin menangis.
Apa aku bisa jadi perawat?
Aku sungguh ingin mejadi seorang perawat. Apa benar ya kata temanku nilaiku jelek gara-gara aku kebanyakan maen ke KOPMA? ah... dulu waktu aku SMA malahan aku lebih parah lagi loyalitas ke organisasinya. Dulu aku pulang malam gara-gara meliput berita (aku ikut Lembaga Pers di sekolahaku-red) bahkan itu masih pakai seragam SMA. Dan memang pada saat itu nilaiku jelek, tapi aku menunjukkan tanggung jawabku pada orang tuaku yaitu aku bisa masuk salah satu perguruan tinggi negeri yang bisa dibilang TOP lah, se daerah ini.
Tapi kenapa ya, saat aku sering ke KOPMA nilaiku jadi jelek. Tapi aku juga mendengar kisah-kisah orang yang aktif di KOPMA yang sukses walaupun mereka kuliahnya padat buanget, gimana ya caranya?
Aku masih penasaran.
Pada saat seperti ini aku membutuhkan seorang teman yang mampu mengisi kembali baterai semangatku yang hampir habis. Aku jadi ingat dengan Fuad.
***
“KOPMA CHANNEL THE SOUND OF KOPMA!!” Teriakku di depan mik. Tanpa aku berfikir panjang mungkin saja yang mendengarkanku hanya cicak yang ada di lotengnya ruang anggota. Atau mungkin jika aku beruntung maka yang mendengarkanku adalah minimal penjaga Perpus KOPMA.
Inilah salah satu kerjaanku di KOPMA yaitu belajar menjadi penyiar. Aku masuk gugus Speaking Club, inilah alasanku menjadi anggota KOPMA UGM.
Fuad juga satu gugus denganku. Dan dari gugus ini aku juga menjadi lebih dekat dengannya.
Contohnya pada saat ini dia menjadi partnerku pada siaran kali ini. Dan hari ini adalah hari yang menurutku Fuad benar-benar memaafkanku.
Sebelum menuju ke ruang siaran, aku tidak sengaja bertemu dengan Fuad di Swalayan KOPMA. Dengan muka yang sedikit ‘tertekuk’ dia memulai pembicaraan denganku.
“Ntar mo siaran?”katanya dengan tempo yang sedikit cepat.
“Yup.”jawabku semangat.
“Buruan ke ruang siaran.” katanya sambil menarik tanganku.
Dan dari kejadian ini aku bisa menyimpulkan inilah awal dari dia tidak marah lagi denganku. Inilah suatu bagian dari kehidupan yang harus aku lewati. Mozaik kehidupanku.
KOPMA, terima kasih atas kesenangan ini.
KOPMA, terima kasih atas kesedihan ini.
KOPMA, terima kasih atas persahabatan yang banyak ini.
-***-
Vivi Leona Amelia
Jogoyudan JT III/563 RT 32 RW 08 Yogyakarta
Lahir di Padang, 2 Agustus 1989
Mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
Email: karen_cassilas@yahoo.com