"Para petani tidak perlu khawatir apalagi takut tentang dampak impor beras itu. Sebab beras impor itu kualitasnya tidak sama dengan beras kita. Jadi tidak mungkin bakal menjatuhkan harga beras asil panen MT (musim tanam) gadu," ujar Efendi, 54 salah seorang petani di Indramayu.
Dikatakan, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, lidah masyarakat Indonesia itu belum terbiasa mengkonsumsi beras impor. Memang beras import itu kelihatannya lebih putih, tetapi soal rasa, beras lokal produksi petani kita rasanya lebih pas di lidah.
"Rencana impor beras, itu tidak masalah. Karena rasa beras impor dengan beras lokal itu berbeda. Belum tentu semua warga, mau mengkomsumsi beras impor. Lidah orang kita sudah terbiasa makan beras lokal yang rasanya sangat pulen dan wangi sehingga mengundang selera" katanya.
Diperoleh data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, luas sawah di Indramayu mencapai 118 ribu Hektar. Pada saat MT gadu tidak seluruh sawah bisa ditanami padi karena keterbatasan pasokan irigasi.
Luas sawah yang ditanami padi MT gadu luasnya sekitar 90 ribu HA. Jika rata-rata produksi gabah tiap 1 HA mencapai 4 ton, maka produksi gabah MT gadu mencapai 360 ribu ton. Seandainya digiling dengan rendemen 65 persen, menghasilkan beras sebanyak 234 ribu ton.