Jika tidak segera dihentikan bisa jadi akan menggangu perjalanan pemudik Lebaran yang diperkirakan mulai ramai H-7 nanti atau mulai Minggu depan.
Seperti yang tampak kemarin, akibat kabut asap yang cukup tebal itu, jarak pandang pengemudi kendaraan terganggu. "Kami hanya bisa melihat jalan ke depan sekitar 70 meter saja. Selebihnya mata tak dapat melihat apa-apa di depan mobil," kata Santoso, 48 pengemudi Honda Jazz dari Pekalongan menuju Jakarta yang kebetulan singgah berbuka puasa di rumah makan Jalur Pantura Desa Kiajaran, Kecamatan Lohbener, Indramayu.
Disebutkan, kabut asap yang tebal itu membahayakan keselamatan pengguna jalan. Apalagi kabut asap yang banyak dijumpai di Jalur Pantura Desa Kiajaran Wetan, Kiajaran Kulon, Kecamatan Lohbener itu muncul saat sore hingga malam hari.
Kabut asap itu berasal dari pembakaran jerami yang dilakukan petani dalam rangka membersihkan limbah jerami di sawah usai panen padi.
Membakar jerami itu merupakan kebiasaan para petani di Jalur Pantura Indramayu yang dampaknya tanpa disadari merugikan orang lain. Khususnya para pengguna jalan.
Sekalipun selama masa panen padi musim tanam (MT) gadu ini, belum tercatat korban jiwa yang terenggut karena kecelakaan lalu-linats yang disebabkan oleh gangguan kabut asap di jalan, tapi pengguna jalan berharap aparat desa dan kecamatan mengimbau warganya terutama para petani untuk tidak lagi melanjutkan membakar jerami. "Sebab efeknya membahayakan pengguna jalan," ujar Santoso.