Penderitaan Anang berawal saat ia mengalami diare berkepanjangan di bulan Februari 2011. Saat itu, ia masih tetap bekerja sebagai tukang becak. Ia memaksa tetap mengayuh becak meski jalur panjang harus dilewati. Bahkan, per hari ia pernah menempuh jarak Sepanjang-Pasar Turi atau dari Kebraon-Wonokromo.
"Tapi setelah Maret, perut saya terasa makin membesar dan mengeras. Saat itu saya memutuskan berhenti kerja," kata Anang saat ditemui di rumah tinggalnya seluas 2,5x4 meter di kawasan Waru Gunung Kecamatan Karangpilang, Selasa (20/9/2011).
Penderitaan Anang tak berhenti di situ. Hingga April perut Anang justru makin menggembung. Bentuknya melebar sampai perut di bagian samping. Diameternya kini mencapai 30 cm.
Saat menginjak bulan Mei, pembengkakan semakin menjalar menuju kedua kaki Anang. Hal ini membuat Anang semakin tak bisa bergerak dan berpindah tempat. Untuk tidur, duduk ataupun berdiri Anang mengalami sakit yang luar biasa.
"Saya tak lagi bisa kemana-mana. Sudah tak bisa bekerja lagi," terangnya sambil mengelus-elus perut buncitnya.
Anang mengaku semakin menderita saat kelaminnya ikut membengkak dan mengeras. Buah zakarnya serasa semakin membesar hingga berdiameter 15 cm. Anang tak bisa berbuat apa-apa lagi. Padahal saat itu ia harusnya merayakan lebaran Idul Fitri bersama temannya.
Kini Anang hanya ditemani kakak kandungnya Ananda Suyanto (60). Mereka hampir tak memiliki lagi barang berharga. Lahan rumah seluas 2,5x4 meter yang ditempati Anang merupakan milik warga. Sementara untuk kebutuhan makan sehari-hari, Anang hanya hidup dari pertolongan dan pemberian para tetangganya.