"Keputusan Komite Etik harus dijadikan pelajaran penting bagi pimpinan KPK untuk tidak lagi 'main mata' dengan kelompok tertentu agar perang melawan korupsi tidak tebang pilih," ujar Politisi Golkar Bambang Soesatyo, Kamis (6/10/11).
Menurutnya, pertemuan dengan petinggi partai, bahkan hingga dua kali di rumah, terlepas benar atau tidaknya ada suap atau membicarakan kasus.
"Anas, Saan, Benny dan Nazar kan petinggi partai. Walaupun saat itu belum jadi ketua umum dan bendahara umum, yang bersangkutan waktu itu kan salah satu ketua dan wakil bendahara. Ini jelas dapat menimbulkan dugaan macam-macam, kecurigaan dan fitnah," paparnya.
Lalu, lanjut Dia, adanya perbedaan keputusan dari anggota komite etik itu mengkonfirmasi adanya pelanggaran.
"Saya menduga, sebagian komite etik mentolelir pelanggaran itu mengingat terperiksa sebentar lagi mereka akan berakhir, yakni pada 17 Desember 2011. Dan mereka kan sudah tidak bisa lagi mencalonkan karena tidak diloloskan di Pansel," jelasnya.
Bambang menilai teguran keras dari komite etik tersebut, tercermin dari rekomendasi komite etik. "Kita tentu prihatin. Sudah hampir 9 tahun KPK berdiri, tapi tugas-tugas tersebut masih belum maksimal dilaksanakan,"
Sementara, menurut Bambang bangsa ini masih menjadi juara korupsi baik tingkat ASEAN maupun Asia Pasifik.
"Mengapa? Karena KPK sibuk dengan tindakan 'tangkap basah'. Negeri ini menjadi gaduh. KPK seakan seperti oknum polisi yang bersembunyi dibalik pohon agar bisa menilang pengendara motor atau mobil yang tak mentaati rambu lalu lintas," terang Bambang.