"Bahkan, dalam beberapa hal mereka tidak memiliki wajah yang humanis," kata Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang (UNNES), Dr Nugroho pada seminar Nasional "Pendidikan Humanisme" di Balai Kota Semarang.
Ia mengatakan kemajuan teknologi TI yang begitu kuat merambah dunia pendidikan memang banyak sisi positif yang dapat dipetik untuk meningkatkan mutu dan perluasan jangkauan pendidikan.
Bahkan, di era TI berbagai informasi dan kebenaran ilmiah dapat diakses secara lebih cepat, akurat, dan tanpa kehadiran para guru. Padahal, pada era pembelajaran konvensional, guru menjadi tokoh sentral. Akhirnya, memunculkan kegamangan peran guru nantinya benar-benar akan diambil alih atau mengalami deligitimasi karena kehadiran TI.
Dari sisi output, kata dia, juga memunculkan kekhawatiran pendidikan akan melahirkan orang-orang yang cenderung egois tak menunjukkkan wajah humanis.
"Cara berfikir yang sederhana ini dihubungkan dengan dampak negatif dari kemajuan TI yang cenderung nir perasaan," ujarnya.
Untuk membentuk pendidikan yang humanis, katanya, guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan harus mampu memainkan peran sebagai sumber klarifikasi nilai dan peneguhan nilai-nilai humnais. "Setidaknya, guru yang demikian dapat membantu siswa menghadapi nilai-nilai kehidupan yang selalu tidak sejalan dengan nilai-nilai humanis," jelasnya.