Sosialisasi Perhutani Buntu, Petani Tetap Tolak Penanaman Jabon

Cuplik.Com - Indramayu - Rencana Perum Perhutani KPH Indramayu untuk menanam pohon Jabon dan Gamelina, akhirnya mencoba merayu melalui sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat secara langsung, namun, petani hutan setempat tetap bersikukuh menolak rencana tersebut.

Lahan yang ada di daerah Kroya, Indramayu, Jawa Barat, sebelumnya sudah ditanami pohon kayu putih selama bertahun-tahun sebagai tempat bernaung petani hutam untuk dijadikan mata pencaharian sehari-hari oleh masyarakt setempat.

"Kita akan terus mengupayakan agar Jabon tidak di Indramayu, khususnya Kroya atau tempat lain yang mengganggu petani penggarap. Ada yang ditutup-tutupi dari Perhutani bahwa program itu investornya dari Korea, jadi jangan berdalih atas nama lingkungan hidup", tegas Ketua Koalisi Masyarakat Desa Hutan Indramayu (KMDHI) Toyib, Rabu (30/11).

Sebelumnya sosialisasi tersebut diadakan di Kantor Perusahaan Umum (Perum) Perhutani, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Indramayu, Jawa Barat, Selasa (29/11) Sebagai perwakilan dari pemerintah pusat yang. Sosialisasi tersebut dipimpin oleh administratur, Anas wijaya S Hut, juga didampingi oleh Asper BKPH Plosokerep dan jajaran staf yang lain.

Pihak pemnerintah menyampaikan alasan penanaman Jabon untuk menjaga ekologi dan menyatakan permintaan maaf karena sebelumnya lalai menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat. Dalam kesempatan itu Perhutani menjelaskan bahwa kebijakan berasal dari pusat, Sehingga perusahaan meminta untuk mensosialisasikan kepada perwakilan masyarakat dan lebih luas lagi petani penggarap untuk laporan kepada pusat terkait penolakan petani.

Sementara, perwakilan dari petani hutan setempat, di wakili oleh 6 orang yakni, Sutrisno, Edi, Rojak, Sardilan, Demon, dan Wajo. Perwakilan petani tersebut bersedia mendengarkan sosialisasi dari pemerintah, namun mereka tetap pada pendirian, menolak penanaman pohon Jabon.

"Sebab, petani merasa selama ini telah bertahun-tahun membangun dan mengelola hutan dengan tenaga, materi yang hasilnya selalu dinikmati oleh Perhutani (pemerintah). Namun sekarang akan dibuang begitu saja," tegasnya.

Lebih lanjut petani berharap perhutani (pemerintah) lebih luwes dan fleksibel dalam pengelolaan, "toh tujuan perhutani adalah menegelola hutan untuk kemakmuran rakyat, maka bertanyalah kepada rakyat kemakmuran seperti apa yang mereka inginkan? tidak melulu dipaksa versi pemerintah," tegas perwakilan petani itu.

Namun pihak Perhutani mengaku bahwa Perhutani tidak merasa memiliki hutan (perusahaan hanya mendapat tugas untuk mengelola) yang sama kepentingannya dengan masyarakat, yaitu sama-sama mengelola.