Serta makin memudarnya peran Oposisi atau kontrol yang dilakukan Partai politik di Indramayu yang notabenenya adalah "Jembatan aspirasi rakyat" beberapa periode kekuasaan hari ini, melahirkan inisiatif bahkan sikap dari beberapa kelompok masyarakat, terutama elemen aktifis, mahasiswa dan gerakan rakyat untuk mencari bahkan menciptakan jembatan aspirasinya agar bisa sampai pada tujuan pembangunan bersama.
Pembangunan gerakan sosial-politik berbasis massa-rakyat bagi kalangan aktivis, mahasiswa dan organisasi massa demokratik yang menurutku adalah kelompok pelopor di Indramayu siapapun itu dan dari manapun, menjadi analisa utama yang terungkap dalam rapat, diskusi dan refleksi yang sering dilakukan kawan-kawan gerakan rakyat di Indramayu.
Gerakan rakyat ataupun gerakan demokrasi di Indramayu dengan menarik diri dari politik akan sulit bagi gerakan untuk mencapai aspirasi perubahan sesuai yang dikehendaki masyarakat, karena pada prkateknya sampai hari ini di Indramayu politik menjadi panglima dan sangkakala bagi nasib jutaan rakyatnya.
Menciptakan politik alternatif merupakan gagasan yang perlu kita diskusikan bersama, meski memang membutuhkan kesiapan panjang dan pastinya berat untuk memasuki kontestansi politik pada semua level dan dalam bentuk apapapun. Pranata politik itu penting untuk dijaga dan aspirasi demokrasi jangan sampai menghancurkan pranata seperti itu. Kekalahan dari ke5 calon Kepala Daerah kemarin merupakan sebuah pelajaran berharga bahwa suara pemilih tidak bisa diabaikan begitu saja.
kalau kata Robertus Robet mantan pengabdi bantuan hukum YLBHI era 90-an dalam diskusi beberapa tahun lalu di sebuah acara, menunjukkan kemungkinan atau malah kenyataan ketika demokrasi "telah membunuh politik" dan "menggantikannya dengan konsensus." Dengan kata lain, "politik" yang di-"bunuh" itu adalah politik sebagai proses perjuangan, bukan politik sebagai saling tukar kekuasaan dan pengaruh sebagaimana yang terjadi melalui pemilihan umum dan negosiasi legislatif dewasa ini di Indonesia.
"Politik" yang seperti itu sebenarnya hanya mengukuhkan tubuh sosial yang seakan-akan sepenuhnya direpresentasikan Parlemen. "Politik" yang seperti itu berilusi bahwa kita bisa mengabaikan Sang Antah. "Politik" yang seperti itu adalah bagian yang bersembunyi dari apa yang disebut Rancière la police: struktur yang diam-diam mengatur dan menegakkan tubuh itu sendiri. sehingga kita bisa uraikan perbedaannya dengan REZIM Indramayu hari ini apa?? yang terlihat Gambalang justru bukan yang memimpin sebenarnya..
Dari deskripsi diatas bisa menjadi bahan kita untuk bisa belajar bersama dari jatuh-bangun pembangunan gerakan rakyati di Indramayu dari masa kemasa, terutama pada Rezim Klientalis hari ini di Indramayu, sehingga sangat wajar dan relevan ketika banyak kalangan aktivis dan mahasiswa bahkan masyarakat awam mengatakan bahwa kondisi situasi sosial-politik Indramayu tidak berbeda dengan Indonesia pada REZIM ORBA dengan wujud kongkritnya Rezim Klientalis di Indramayu alias hubungan patron klien atasan-bawahan, atau guru dan murid. Bahkan mungkin tepatnya adalah Ke-Dynastian, yang kongkrit hari ini menjadi realitas sosial-politik Indramayu yang sarat dengan fragmentasi kekuatan demokrasi, dan fenomena pembajakan demokrasi oleh elit, parpol dan borjuasi Daerah.
Kebutuhan akan adanya satu kebutuhan kelompok Oposisi Rakyat adalah jawaban sekaligus tantangan konsolidasi serta pengorganisasian bagi rakyat dan kita bersama yang sudah sejak lama dibodohkan dan dimiskinkan oleh Rezim Klientalis sampai dengan detik ini.
Pembangunan Kekuatan Oposisi Rakyat Indramayu harus segera digagas dan terwujudkan, karena kondisi Indramayu hari ini, ketika kita analisa bersama dengan beberapa kalangan aktivis NGO, mahasiswa, nelayan, petani, buruh serta pemuda dari berbagai sisi, terutama sisi ekonomi rakyat yang cenderung dibiarkan, tanpa ada konsep pembangunan ekonomi rakyat yang jelas sehingga berujung pada penelantaran rakyatnya di negara orang, bahkan tidak sedikit yang meninggal menjadi TKI/TKW diberbagai negara tetangga.
Begitu juga dari sisi politik yang entitasnya banyak kekautan politik, ternyata hampir semuanya merapat pada kekuasaan dan bersepakat untuk mengusung Klientalisme bertahta hingga kita tidak tahu sampai kapan, Tidak berbeda jauh pula dari sisi keadilan yang terkesan tidak ada Good will dalam penegakan hukum bahkan secara tidak langsung praktek itu semakin hari semakin bertambah parah, salah satu contoh kasus korupsi selama kekuasan Rezim Klientalis berkuasa, hampir secara keseluruhan dan secara tidak langsung koruptor dilindungi, inddikatornya menurutku ketika pendampingan hukum terdakwa KADISDIK salah satunya ada dari bagian hukum Pemerintah Daerah.
Kapan lagi kita akan bisa meyelesaikan atau menguraikan benang kusut Sejarah kerakusan di Indramayu ini, apalagi untuk bisa menyelesaikan krisis multisektor dan sangat kompleks saat ini, harapan besar kita bersama adalah kondisi hari ini mampuh menggugah kesadaran ekonomi politik kita bersama, pembacaan ini bisa menjadi salah satu pisau analisis untuk melakukan perumusan gerak perubahan serta konsolidasi dan sosialisasi yang lebih luas di semua elemen masyarakat Indramayu, dari intelektual, media massa dan sektor publik secara meluas.
Agenda pembacan serta perumusan kondisi Ekonomi-Politik masyarakat Indramayu adalah perekat bagi semua kepentingan strategis dalam pembangunan gerakan Oposisi Rakyat Indramayu, menuju perubahan yang cukup mendasar terutama perubahan kepemimpinan yang demokratis dan sesuai dengan nurani dan kesadaran politik rakyat itu sendiri.