Di atas catwalk, berbagai hubungan baru bisa terjalin. Seperti halnya persahabatan antara etnik Dayak dan Melayu yang disuguhkan Savitri dalam hajatan "Fashion Exploration 2009 lalu". Wanita yang menjabat sebagai wakil sekretaris Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Kalimantan Barat ini mempersembahkan kolaborasi manis tersebut dalam koleksi bertema "Sakadau's Heart".
Savitri mengatakan, koleksinya memang terinspirasi dari persahabatan etnis Dayak dan Melayu. "Mereka bisa hidup berdampingan dalam budaya yang berbeda. Itulah yang menginspirasi saya," sebutnya.
Lebih lanjut Savitri menjelaskan, keharmonisan dua budaya tersebut dapat terlihat dalam bahasa Banjar yang digunakan penduduk Kalimantan Barat sehari-hari. "Bahasa Banjar yang digunakan sebagai bahasa asli penduduk Kalimantan itu banyak dipengaruhi bahasa Melayu dan bahasa Dayak. Ini bukti lain yang menunjukkan bahwa dua budaya tersebut begitu harmonis," tuturnya.
Kendati demikian, Savitri tidak mengombinasikan dua budaya tersebut dalam semua segi rancangannya. Di beberapa sisi, Savitri justru lebih menonjolkan budaya Kalimantan melalui permainan tenun sakadau yang dipadukan dengan bahan lembut seperti sifon silk, sutra mentah, dan sutra organdi.
Adapun dari segi warna, Savitri memberikan kesegaran berkat beragam warna alam dari bebungaan yang tampak mendominasi. Dengan siluet longgar dan sebagian besar berbentuk gamis, Savitri menawarkan keindahan kain tenun yang dimodifikasi dengan aneka detail seperti paintingdan printing.
Kehadiran aksesori seperti tas anyaman, memperkuat atmosfer etnik yang tampak harmonis bersanding dengan kenyamanan berbusana muslim. Menurut Savitri, hal tersebut dilakukannya untuk mempromosikan keindahan tekstil Kalimantan Barat, terutama hasil daerah pedalaman.
Keindahan rancangan Savitri juga bisa terlihat dari permainan motif print eksotis yang disematkan secara cermat di beberapa bagian busana, seperti halnya kerah, lengan, serta ujung busana. Sebuah detail yang semakin memberi warna pada koleksi desainer yang sudah go international ini.
Di antara desainer lokal yang namanya sudah cukup dikenal di ranah mode Kalimantan, Savitri termasuk favorit dan sering melakukan pertunjukan di Ibu Kota, bahkan di luar negeri. Hal itu, Savitri menyebutkan, berkat dukungan teman-temannya di APPMI. "Saya memang pernah memamerkan busana muslim saya di Hong Kong. Itu pun berkat bantuan temanteman di APPMI," ujarnya.
Satu hal yang membuat rancangan Savitri begitu memikat karena dia tak pernah lepas dari akar. Di setiap koleksinya, pasti terdapat nuansa etnik Kalimantan yang tersisip manis. Entah itu pada detail, aksen, ataupun aksesori, bahkan pada bahan utama yang digunakannya.
Kendati mengusung citra etnik, Savitri tidak sembarangan menghadirkan rancangan. Koleksinya pun tetap berada di ranah busana muslim dengan segala pakem yang melekat, seperti halnya busana bersiluet longgar, tidak transparan, dan tak mencetak tubuh. Lihat saja abaya berwarna oranye yang dihadirkannya dalam material ringan melayang dengan detail print eksotis di bagian kerah. Lainnya, Savitri menghadirkan kombinasi menarik berupa tunik panjang dengan rok dari tenun berwarna kontras.
Suasana etnik terlihat kental dari permainan detail di bagian lengan dan kerah. Begitu juga dengan penggunaan jilbab yang tidak biasa. Kain jilbab diaplikasikan layaknya headscarf, menjadikan koleksi Savitri beraroma gipsy, unik sekaligus cantik.