"Saat ini kita terus menggenjot penyaluran raskin ke-13, bahkan pada hari Sabtu dan Minggu pun gudang bulog tetap melayani pendistribusian raskin ke-13," ujar Kepala Humas Bulog Jabar, Sobar Husein, Minggu (25/12).
Dikatakan Sobar, perkembangan harga beras pada akhir tahun umumnya mulai menunjukkan kenaikan harga. Hal itu sejalan dengan berkurangnya panen (musim paceklik), sehingga dimungkinkan terjadinya kenaikan permintaan menjelang Natal dan tahun baru.
Apalagi sebagai salah satu komoditas yang diperhitungkan dalam pengukuran inflasi, maka pengendalian laju kenaikan harga beras di saat paceklik menjadi penting. Sebab itulah, saat ini Bulog menyalurkan raskin ke-13.
Bulog Jabar menyalurkan raskin ke-13 sebanyak 42.000 ton atau satu bulan alokasi raskin, yang disalurkan kepada 2,8 juta rumah tangga sasaran (RTS) di 26 kab./kota di Provinsi Jawa Barat. Pada pelaksanaannya pendistribusian raskin dilakukan hingga ke titik distribusi atau tingkat desa. Selanjutnya penyaluran dilakukan ke tingkat RT/RW, dengan alokasi 15 kg/RTS.
"Strategi ini memerlukan dukungan berbagai pihak, karena penyaluran raskin juga berhubungan dengan kesiapan dari sisi penerima. Baik pelaksana distribusi maupun kesiapan rumah tangga sasaran," katanya.
Dengan mengoptimalkan pelaksanaan penyaluran raskin, lanjutnya, diharapkan sisi permintaan akan berkurang dan berdampak pada pengendalian harga. Meski demikian Bulog Divre Jabar tidak mengabaikan sisi penawaran, yaitu dengan melakukan operasi pasar (OP).
Sampai saat ini, OP telah dilaksanakan di Kota Bandung dan Indramayu. Namun untuk pengendalian harga selanjutnya, Bulog Divre Jabar siap menyalurkan OP sampai dengan jumlah yang dianggap cukup bagi pengendalian harga.