Indonesia Police Watch (IPW) mengungkapkan, aksi arogan dan represif polisi ini tidak terlepas dari buruknya sistem rekrut dan pendidikan dasar kepolisian di negeri ini.
"Kader-kader polisi hanya dididik tiga bulan di Sekolah Polisi Negara (SPN), Padahal pendidikan dasar TNI berlangsung selama 6 bulan. Begitu juga kursus salon kecantikan minimal 6 bulan. Artinya, sistem pendidikan Polri lebih buruk dari sistem pendidikan salon kecantikan." ujar Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, Rabu (18/1).
Menurutnya, sistem Pendidikan di SPN ini tentu sangat memprihatinkan dan hanya melahirkan kader-kader polisi yang tidak siap menjadi polisi serta rendah intelektual.
"Akibatnya, polisi-polisi tersebut cenderung berkompensasi dengan sikap arogan dan represif saat berhadapan dengan masyarkat. Mereka kerap melihat masrakat sebagai 'musuh'," katanya.
Berkaitan dengan itu IPW berharap Mabes Polri dan Lemdiklat Polri serius membenahi sistem pendidikan kepolisian. Dengan cara menerapkan tiga hal.
"Pertama, menerapkan pendidikan gratis di Polri tanpa suap dan pungli. Kedua, Pendidikan berkompetensi. Ketiga, sertifikasi untuk penyidik," sarannya.
"Pendidikan di Polri harus diarahkan sistematis untuk meningkatkan intelektual dan kepekaan sosial polisi, pro rakyat, anti korupsi dan anti pungli, meningkatkan kontrol serta konkrit mengarah kepada reformasi polri," tandasnya.