Mayoritas umat tersebut adalah warga keturunan Tionghoa dari berbagai tempat di Jabodetabek. Mereka berkerumun di area parkir klenteng dan sebagian bersembahyang di 13 altar dewa yang terletak di dalam klenteng, lansir Antara.
Menurut Ketua Yayasan Pancaran Tri Dharma dan pengurus Klenteng, Ronny Hermawan, mengatakan bahwa perayaan kali ini berbeda karena didatangi tamu undangan dari perwakilan pemuka agama.
Selain itu, hadir pula Anggota Komisi X DPR RI Parlindungan Hutabarat yang mewakili umat Kristiani, Anggota Komisi IV DPR RI Wayan Sugiyan yang mewakili umat Buddha, dan Walikota Bekasi (Nonaktif) Mochtar Mohammad, perwakilan muslim.
"Lengkap sudah perayaan kita malam ini," ujar Ronny yang juga Ketua Komisi B DPRD Kota Bekasi.
Puncak perayaan Imlek ditandai dengan penyulutan sekitar 500 buah kembang api berbagai ukuran, dilanjutkan sembahyang bersama untuk memohon perbaikan rezeki di tahun baru berjuluk naga air itu. "Kegiatan ini dihadiri sekitar 1.500 orang," katanya.
Keberagaman tersebut, membuktikan kebesaran Pancasila dalam menyemarakkan keberagaman, memuji kebersamaan masyarakat dari berbagai profesi dan lintas agama untuk menyemarakan malam tahun baru itu. "Ini membuktikan bahwa Pancasila yang kita miliki benar-benar diamalkan secara baik dalam kehidupan di sini," kata politisi Golkar itu.
Seperti diketahui sejarah tahun baru Imlek terjadi sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China. Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian). Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.
Gong Xi Fa Cay "Damailah Manusia"