Dalam siaran pers KBRI New Delhi yang dilansir Antara di Jakarta Jumat (3/2), menyebutkan, Ketua Tim Pengembang Tablet "Aakhaas", Prof. S. Yadav, yang didampingi penjabat Direktur IIT Rajasthan Prof. B. Ravindra, menyampaikan kesediaan itu kepada Dubes RI untuk India, Letnan Jenderal TNI (Purn) Andi M. Ghalib dalam kunjungannya ke IIT Rajasthan, Jodhpur, India, Rabu (1/2).
Pasalnya IIT Rajahstan India baru-baru ini menghebohkan jagad informasi teknologi dunia dengan memproduksi komputer tablet termurah seharga 35 dolar AS. Prof. Yadav menerangkan caranya yang sederhana.
"Pertama, komponen harus dipilih yang murah tanpa mengorbankan mutu," ungkapnya. "Kedua, proses produksi harus dioptimalkan, dengan mempertimbangkan aspek lokasi, upah buruh dan distribusi.
Seperti diketahui, India telah menargetkan untuk membagi tablet tersebut kepada 18 ribu sekolah, sehingga jumlah produksinya lebih dari cukup untuk bisa menekan harga. Itu telah dilakukan pemerintah India melalui Kementrian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Kementrian Pendidikan). Kalau versi pertama prosesornya hanya 300 MHz, sehingga lambat untuk pemutaran video, maka sekarang telah ditingkatkan hingga 1,2 GHz, sehingga kinerjanya jauh lebih baik.
Tablet "Aakaash" ini telah dikembangkan lebih jauh, seperti ditunjukkan dalam kunjungan tersebut. "Memang harganya menjadi 60 dolar," jelas Prof. Yadav.
Merespon tawaran tersebut Dubes Andi M. Ghalib yang didampingi Atase Pendidikan KBRI New Delhi Dr. Son Kuswadi itu, akan mengajak beberapa universitas di Indonesia.
Rencananya sesampai di Indonesi, Dubes RI akan menggandeng IIT Rajasthan untuk diusulkan mengadakan program serupa kepada Mendikbud di Indonesia.
Dubes Andi M. Ghalib sangat terkesan atas konsep pengembangan IIT, yang tidak sekadar hanya memakai pendekatan konvensional.
Kunjungan itu juga bertujuan untuk melihat secara langsung bagaimana IIT Rajasthan yang baru dibangun 2008 telah berkembang begitu cepat.
"Mengingat kita akan membangun dua institut teknologi baru di Kalimantan dan Sumatera, maka kita akan ajak para perancangnya untuk melakukan "benchmarking" ke Tanah Air," kata Ghalib.