Jakarta - Budayawan, Muhammad Sobari, mengungkapkan bahwa peran pemerintah Indonesia sangat kapitalistik, pasalnya selalu memihak terhadap kepentingan asing, sehingga usaha kecil dan pasar tradisional telah menjadi korban kebijakan pemerintah.
"Nasionalisme kita sudah basi, nasioanlisme tidak punya makna, tidak punya nama. Banyak pejabat memihak kepentingan-kepentingan asing. Banyak lobby-lobby menyusun UU, dengan maksud merampok. Jika anda memiliki nasionalisme harusnya kalian marah melihat pasar modern yang menghilangkan pasar tradisional," ujar Sobari pada seminar yang digelar Gerakan Nasional Pasal 33 UUD 1945 (GNP33) GNP33 dan (Partai Rakyat Demokratik), dalam "Pancasila dan UUD 1945 Sebagai Dasar Persatuan Nasional Untuk Merebut Kembali Kedaulatan Bangsa" di Hotel sahid, Jakarta, Senin (25/6).
Dia menjelaskan, aturan-aturan yang dibuat pemerintah (eksekutif) dan legislatif telah membunuh usaha kecil. Sobari mencontohkan, hadirnya mini market seperti Alfamart, Indomart serta kebijakan lain seperti naiknya cukai tembakau membuat home industri kretek hangus, serta petani tembakau rugi dan tercekik.
"Aturan itu membunuh perusahaan-perusahaan kecil. Misalnya soal tembakau, akibat cukai yang sangat tinggi, akhirnya sekitar 200an lebih perusahaan rokok kecil yang ada di Kudus sana mati. Petani tembakau menjadi korban, hasilnya dibeli murah." bebernya.
Dia juga melihat, lahirnya kebijakan seringkali menguntungkan perusahaan besar merasa diuntungkan, sehingga terjadi monopoli pasar yang disetir oleh segelintir orang. Tetapi justru sebaliknya malah menghidupkan perusahaan rokok besar, sehingga ada semacam monopoli pasar.
"Mematikan semua industri-industri kecil. Ada kepentingan asing dibalik ini," tegasnya.
"Lahirnya mini market seperti alfamart, indomart, dan lain-lain menjadi pemusnah pasar tradisional," tandasnya.