"Kenapa uang 1 milyar dolar dipinjamkan ke IMF untuk membantu Eropa, sementara kondisi cadangan devisa kita terus menurun, sudah turun 3 milyar dolar. Akibat permintaan dolar yang cukup tinggi, mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat ini menjadi 9600 rupiah per dolar," papar Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar, Sabtu (30/6).
Menurutnyan, jika dollar menggempur rupiah terus menerus, maka cadangan devisa akan keteteran menstabilkan rupiah. "Kemungkinan besar cadangan devisa kita akan terkuras dan berpotensi berada diposisi di bawah 100 milyar dolar, dan itu akan berbahaya," katanya.
Apalagi, lanjutnya, jika rupiah bisa menembus Rp 10.000 per USSD, ekonomi dalam negeri akan terganggu. Pasalnya lemahnya rupiah akan membuat biaya import bahan mentah dan barang menjadi mahal dan ini akan menciptakan inflasi karena kenaikan harga barang import.
Selain itu, ia juga menilai, akibat inflasi tinggi, maka akan memperburuk daya beli buruh. Sementara, sambungnya, Kepmenaker nomor 17 tahun 2005 tidak juga bisa mendukung daya beli buruh.
"Pinjaman 1 milyar dolar ke IMF membuat buruh Indonesia lebih sengsara. Ini harus dihentikan," tegasnya.
"Pemerintah sok sok-an bantu Eropa, sementara rupiah di dalam negeri terancam jatuh. Inilah akibat presiden yang nggak tegas dan selalu pro asing," tandasnya.