Cuplik.Com - Pekan ini, jutaan muslim yang beribadah haji di Mekkah, Arab Saudi berakhir. Namun, tak semua orang memiliki kesempatan untuk mengambil gambar. Meski dibangun dengan arsitektur modern, namun keberadaan gedung pencakar langit di sekitar kompleks Masjidil Haram begitu mengganggu.
Tak semua orang memiliki kesempatan untuk mengambil gambar situasi di dalam Masjidil Haram secara baik. Disamping dilarang oleh pihak keamanan setempat untuk membawa kamera dalam format yang bagus, pengambilan gambar hanya terfokus pada dokumentasi individu. Dalam gambar-gambar Ka'bah yang banyak tersebar di media massa, kebanyakan dalam format aerial atau diambil dari atas. Gambar-gambar tersebut diambil oleh fotografer professional yang memang ditugaskan untuk meliput ibadah haji, bukan oleh jama'ah haji sendiri.
Wired, media daring yang berbasis di Amerika Serikat, telah mewawancarai Toufic Beyhoum, seorang fotografer yang berdomisili di London. Beyhoum adalah seorang muslim, yang pada tahun ini berkesempatan pergi haji. Foto-foto yang membawanya diwawancara oleh Wired itu diambil lewat kamera Hasselbald 500, sebuah kamera klasik.
"Awalnya, saya tak berniat membawa kamera. Niat membawa kamera itu terjadi pada saat-saat terakhir keberangkatan saya ke tanah suci. Seperti semua muslim, saya hanya punya satu niat ke Mekkah, yaitu ibadah (haji)," tutur Beyhoum kepada Wired.
Selain fotografer resmi yang bertugas di luar kompleks, upaya Beyhoum membawa kamera masuk ke dalam kompleks tentu tak mudah. Namun, Beyhoum berhasil menyamarkan kamera klasik itu menjadi sebuah benda antik yang perlu diperbaiki. Alhasil, petugas keamanan yang memeriksanya tak curiga.
Mekkah, padat dan penuh bangunan
Menurut Beyhoum, meski ia suka terhadap arsitektur modern, namun keberadaan gedung pencakar langit di sekitar kompleks Masjidil Haram begitu mengganggu.
"Selain itu, banyak sekali alat-alat berat yang tinggi menjulang di sekitar kompleks. Hal ini tak semestinya terjadi. Gedung-gedung itu baik, namun tidak pada tempatnya. Ini tempat paling suci di dunia, tak seharusnya kalah (dalam ketinggian) oleh gedung pencakar langit yang bukan bagian dari kompleks," ujar lulusan Harvard Kennedy School tahun 2008 ini.
Lantas, apa yang paling mendasari ia bersemangat untuk memotret suasana haji?
"Saya ingin memberitahu semua orang, bahwa muslim itu damai dan toleran. Saya ingin semua orang merasakan apa yang saya rasakan saat beribadah haji," ungkap Beyhoum sembari mengungkap fakta tentang dunia Islam.
Islam yang diopinikan oleh dunia saat ini hanyalah dilakukan oleh satu persen penganutnya, sedangkan mayoritas muslim sejatinya damai dan penuh kasih. Lewat foto-foto itulah, ia ingin menceritakan salah satu rukun Islam yang terakhir itu. Hanya ada kita dan Tuhan, begitu kata Beyhoum. Semua orang dalam posisi yang sejajar, tak peduli seberapa kaya seseorang, karena disana kita sejajar, berpakaian sama.
Untuk melihat karya-karya Toufic Beyhoum yang lain, anda bisa mengaksesnya disini.