Upacara adat Baritan ini telah dilaksanankan oleh warga secara turun-temurun, sebagai upacara tanda terimakasih kepada Tuhan yang maha kuasa dari para petani yang telah berhasil memanen hasil sawah dan ladangnya.
Selain itu, maksud dan tujuan diselenggarakannya upacara Baritan ini adalah memohon kepada Tuhan agar masyarakat setempat dijauhkan dari musibah wabah penyakit.
Kata Baritan sendiri kepanjangan dari bubar ngerit tanduran atau selesai masa panen.
Menurut warga setempat, Sarimah, upacara baritan dilaksanakan pada sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB atau menjelang shalt Maghrib.
"Upacara baritan ini sudah dua kali dilakukan di sumur tapakan. Biasanya upacara baritan diselenggarakan di perempatan jalan", katanya saat ditemui tim cuplik.com.
Ia menambahkan, dalam upacara adat tersebut, biasanya para warga membawa Tumpeng yang sudah dipersiapkan sejak pagi harinya, bagi yang tidak membuat tumpeng warga membawa berbagai macam kue. Kemudian acara diiringi dengan tahlilan memohon doa dan syukur atas nikmat Tuhan yang sudah diberikan terutama dari hasil-hasil bumi.
"Iya, orang tua anak kecil yang ikut melaksanakan upacara tersebut semuanya kumpul di Sumur Jati, Sumur Tapakan (adalah) sumur peninggalan nenek moyang kita yang ada di sini, dan upacara baritan itu dilakukan tiga kali, setiap hari kamis malam jum'at", jelas Sarimah.
Sementara untuk pemberitahuan tentang akan dilaksanakannya upacara Baritan ini, biasanya dilakukan dengan cara gethok tular (dor to dor) atau undangan dari rumah ke rumah. Pelaksanaan informasi gethok tular digagas dan dikomandoi oleh para sesepuh setempat.
"Pimpinan upacaranya adalah salah seorang dari sesepuh di Desa ini" tandasnya.