Cuplik.Com - Jakarta - KH Said Aqil Siroj, selaku Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan, dukungannya kepada kemerdekaan Palestina dan mengutuk keras terhadap tindakan agresi militer yang dilakukan tentara Israel terhadap warga Palastina.
“NU sejak dulu mengutuk keras agresi Israel terhadap Palestina. Kemudian ada upaya perdamaian, yang dilakukan Yasser Arafat, juga kita dukung. Tapi memang Israel ini tak punya niatan baik. Rasismenya sangat tinggi. Nama negaranya saja masih berbau etnik, ya akan rentan konflik terus,” katanya di kantor PBNU Jakarta, Senin (19/11).
Selain dukungan bagi kemerdekaan warga Palestina, Ketua Umum PBNU yang lebih akrab dipanggil Kang Said ini juga mengusulkan agar nama negara Israel diganti dengan nama lain yang tidak berbau suku, ras, dan etnis.
“Saya pernah ditemui orang-orang Yahudi, saya usulkan agar namanya jangan Israel. Jangan negara etnik, atau Negara agama, itu tak akan menyelesaikan perang. Karena namanya masih kesukuan, maka sulit diterima,” ujarnya.
Yahudi, sebagi agama wajib dihormati, tetapi tidak gerakan zionismenya yang menjadikan ajaran agama sebagai alat politik untuk menguasai negeri Palestina, sebagaimana yang tertera dalam kitab sucinya yang mereka pahami. Pesan Kang Said lebih lanjut.
“Yahudi sebagai agama, kita hormati. Tetapi kalau zionismenya, sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan zionisme memandang ten commandment (sepuluh perintah Tuhan kepada Nabi Musa, red) sebagai aturan internal sesama Yahudi saja. Sementaara untuk non Yahudi, mereka boleh berbuat curang, boleh membunuh dan sebagainya. Ini kan Kacau,” tandasnya.
Selain penggantian nama negara Israel dan penyalahgunaan ajaran Taurot oleh rezim Israel, kang Said juga mengkritisi peran ganda Amerika sebagai polisi dunia.
“Peranan AS sangat kita sayangkan karena berstandar ganda. Kalau dalam hal HAM mereka gembar-gembor, tetapi kalau dalam hal Israel, Amerika selalu menggunakan hak veto untuk membela kepentingan Israel,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan perlunya pengenalan dan penekanan ukhuwah insaniyah, atau persaudaraan berdasarkan kemanusiaan bagi seluruh masyarakat dunia. Dengan ukhuwah insaniyah, kata Said, akan mengikis fanatisme buta, rasisme, chauvinisme, dan berbagai sikap dan prinsip negatif yang mengancam perdamaian.
“Kiai Hasyim Asyari sejak pertama mendirikan NU, telah mengusung tiga prinsip, ukhuwah watoniyah, ukhuwah islamiyah, dan ukhuwah insaniyah. Sebelum PBB Kiai Hasyim sudah mengampanyekan kemanusiaan. Islam Rahmatan Lil Alamin itulah yang bisa menyelesaikan beragam konflik yang ada ini,” tandasnya.
Islam rahmatan lil alamin, kata Kang Said juga merujuk pada Piagam Madinah, yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW. “ Dalam piagam madinah, tak ada kata negara islam. Yang ada Negara Madinah, yang di dalamnya hidup muslim pendatang, yahudi nasrani. Wala udwana illa ala dzalimin. Tak boleh ada permusuhan atas nama agama atau apapun, kecuali permusuhan terhadap kedzaliman. Itu prinsip utama bernegara,” paparnya.