Hal itu disampaikan Rieke saat menghadiri pengajian Yasin Akbar di desa Cipondok Kecamatan Cibingbing, Kabupaten Kuningan, pada Minggu (2/12/12). Acara tersebut dihadiri ribuan ibu-ibu pengajian juga hadir Bupati Kuningan beserta Istri, dan para ulama setempat.
"Di Jawa Barat masih banyak kyai-kyai, ulama-ulama Nahdiyin yang masih memegang teguh untuk menolak politik uang di pemilihan gubernur Jawa Barat. Berangkat dari keterbatasan tidak punya dana banyak, namun keterbatasan itu tidak dijadikan oleh kami alasan untuk membaktikan diri kepada rakyat Jawa Barat," ujar Rieke.
Dengan berlatarbelakang dirinya tak punya dana banyak dibanding calon lainnya, menurut Rieke ajakan tersebut berdasarkan motivasi dari ajaran Gusdur, sehingga ia mengaku penolakan politik uang menjadi penyemangat untuk bekerja terus menerus untuk rakyat.
"Saya ingat kata Gusdur yang merupakan guru bagi saya, bahwa politik itu tidak diskriminasi, bahwa politik itu tidak mengenal gender," jelasnya.
Terkait minimnya dana bagi pasangan Paten (Rieke Diah Pitaloka - Teten Masduki) ini, pihaknya mengajak para nahdiyin untuk bersama-sama melawan terjadinya praktik politik uang pada pilgub Jabar yang digelar 24 Februari 2013 mendatang.
"Dengan keterbatasan itu, saya bersama kang Teten tidak bisa melakukan politik uang. Saya sangat meyakini, berawal dari tempat ini, politik uang akan kita lawan. Jangan biarkan nasib kita ditentukan oleh sejumlah rupiah dengan mengorbankan masa depan kita. Lima menit di TPS akan menentukan kehidupan kita untuk lima tahun kedepan," katanya.
Selain ajakan tersebut, Rieke juga dalam pidatonya mengajak Nahdiyin untuk melakukan perubahan di jawa barat, Yakni dengan adanya persatuan antara elemen-elemen masyarakat di Jawa Barat, seperti kaum buruh, petani, nelayan, dan para Nahdiyin.