"Ini ada benih dari petani, ini benih MSP. Ini juga sumbangan yang harus saya sampaikan lagi kepada petani yang lain. Kalau 1 hektar bibit hibrida (biasa) hanya menghasilkan 4-5 ton, tapi kalau ini (MSP) bisa 8 ton. Dua kali lipat," ujar Rieke Diah Pitaloka di Indramayu, kemarin (4/12/12).
Hal itu ia ungkapkan melihat Kabupaten Indramayu sebagai salah satu wilayah lumbung padi Jawa Barat. Menurutnya itu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kedaulatan pangan dan memutus impor beras dari luar negeri.
"Bibit itu (MSP) juga kita tidak usah beli, sehingga impor tidak perlu terjadi dan Jawa Barat tidak perlu Raskinnya dari beras impor Vietnam dan Thailand," jelasnya.
Sementara, menurut Penyuluh bibit MSP di Indrmayu, Sapujianto menjelaskan, bibit MSP (Mari Sejahterakan Petani) mempunyai sekitar 76 jenis. Namun saat ini yang sudah dikeluarkan adalah jenis MSP-8.
"Hasilnya tinggi, nasinya pulen, umur panen sangat pendek sekitar 105-110 hari terhitung dari tebar benih," terang pria yang akrab dipanggil mas Puji ini.
Oleh karenanya, Puji berharap agar seluruh petani bisa memanfaatkan bibit MSP-8 tersebut. "Harapannya ada perhatian fokus di pertanian karena programnya kedaulatan pangan yang berkaitan dengan perut," katanya.
Sedangkan, menurut Pembina penyebaran bibit MSP di Jawa Barat, Ono Surono mengatakan bahwa bibit tersebut saat ini masih belum menyebar di seluruh wilayah Jabar.
"Ini untuk swasembada pangan dan kesejahteraan petani agar pendapatan petani meningkat," tandasnya.