"Tahun ini, 20 aparat kepolisian terbunuh, 67 lainnya dihajar massa. Ada juga yang salah tembak dan tahanan yang kabur. Polri layak dapat raport merah," ungkap Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane pada Minggu (30/12/2012), di Jakarta.
Neta menambahkan konflik antara polisi dengan masyarakat masih tinggi. Terlihat di wilayah-wilayah sengketa lahan pertambangan dan perkebunan. Polisi tidak profesional dan cenderung seenaknya.
"Warga menilai aparat kepolisian lebih memihak mereka yang punya uang," tambahnya.
Neta memaparkan soal analisisnya pada tahun 2013, dimana polisi bisa lebih buruk lagi kinerjanya. Ini terkait dengan kegaduhan politik menjelang Pemilu 2014, dimana elit politik tak akan memikirkan nasib rakyatnya. Tingginya angka pengangguran, bisa menyebabkan angka kejahatan meningkat. Tentu saja, situasi itu makin runyam dengan kinerja yang sudah diperlihatkan oleh Polri sekarang.
Saat menyinggung soal terorisme, Neta menuturkan soal polisi sebagai sasaran. Dia mengungkap bahwa anak-anak terduga 'teroris' yang dulu dibunuh polisi, sekarang sudah tumbuh besar dan lebih radikal. Ini soal dendam. Makanya eskalasi kekerasan di Poso meningkat dan empat kantor polisi dengan dua diantaranya meledak.
"Petinggi kepolisian kurang mengawasi bawahannya. Polisi yang buruk biasanya pendidikannya rendah. Mereka baru bisa naik pangkat setelah menjilat atasannya," pungkas Neta S. Pane.