Drs. H. Totok Sukarno, Kordinator Majelis Umat (MUIN) Indramayu menenggarai bahwa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah musibah bagi dunia pendidikan kita sebab diskriminasi di dalamnya tampak begitu kasat mata.
"Faktanya, Cuma anak-anak orang kaya saja yang bisa bersekolah di RSBI atau SBI sebab ukuran satu-satunya untuk bisa diterima di sekolah semacam itu adalah uang. Sedangkan siswa dari keluarga tidak mampu hanya bisa bersekolah di sekolah biasa", kata Totok
Menurut Totok ada kesalahpahaman yang fatal dari penyelenggara RSBI maupun SBI dalam menterjemahkan istilah "RSBI". Esensi RSBI tidak melulu memverbalkan bahwa sekolah tersebut bertaraf internasional karena di dalamnya menggunakan dua bahasa pengantar sekaligus yakni Inggris-Indonesia serta menggunakan AC di semua kelas.
"Harus dibedakan antara sekolah dengan swalayan atau mall. Kalau mall atau swalayan yang ber-AC itu adalah hal wajar sebab ia mengacu kepada kepemilikan dana personal atau kolektif. Tapi anggaran sekolah itu lain lagi. Ia bukan hanya mengacu kepada persentase alokasi anggaran APBD namun sangat terkait dengan distribusi anggaran tersebut kepada sekolah-sekolah yang ada. Misalnya saja sekolah yang ada di Indramayu. Sekarang ini yang menjadi anak manjanya APBD Indramayu adalah RSBI dan Sekolah Unggulan. Ini adalah diskriminasi yang nyata sekaligus musibah," kata Totok, prihatin.