"Saya mengajak keder-kader muda NU untuk berpolitik secara visioner, berbasis kepentingan masyarakat, tidak trjebak pada politik pragmatis, sebagaimana gejala yang dialami oleh elit-elit NU Jawa Barat. Pesantren dan NU dipermainkan dan tidak ada efek apa-apa bagi pesantren dan NU ke depan," ujar koordinator kader muda NU Jawa Barat dan wakil sekretaris Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM) NU Jawa Barat, Abdul Muiz Syaerozie, Minggu (20/1/13).
Menurutnya, dalam menghadapi Pilgub Jabar yang akan dilaksanakan 24 Februari mendatang, Pesantren dan beberapa elit NU di beberapa daerah di Jawa Barat tidak mampu memberikan wacana politik sesungguhnya ke semua calon, justru malah dianggap tersetir oleh kepentingan politik para calon.
"Seperti sekarang tokoh NU malah wacananya digiring oleh calon. Tokoh-tokoh NU justru disetir oleh para calon, bukan mereka yang menyetir calon gubernur dan wakil gubernur," papar Muiz.
Sehingga, bagi Muiz, akibat mudah dipolitisir, sikap elit NU dan pesantren akan menghilangkan karakter Aswaja (Ahli Sunnah Waljama'ah) sebagai pijakan dasar NU.
Ia menjelaskan karakter Aswaja adalah tidak ekstrim kanan dan kiri, tapi mampu mengggiring wacana dari kedua sisi tersebut. "Tokoh-tokoh NU seperti kehilangan karakter ke ASWAJA-annya saja," tegasnya.
Oleh karenanya, ia menghimbau kepada kader-kader muda NU untuk tidak terpancing dengan sikap para elit-alit NU yang membawa lembaga pesantrennya untuk terjebak dalam kepentingan politik yang membiuaskan generasi NU ke depan.
"Itu yang saya sampaikan di hadapan kader muda NU se-wilayah tiga Cirebon dalam rangka pra kondisi musyawarah besar kader muda NU se Jawa Barat. Saya diminta untuk memberikan arahan sebagai koordinator Kader Muda NU jawa Barat dan wakil sekretaris Lakpesdam NU Jawa Barat kemarin (19/1) di Kedawung - Cirebon pada sabtu 19 Januari 2013," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, menyikapi Pilgub Jabar 2013, beberapa Basis NU sudah menyatakan dukungan terhadap para calon meski berbeda-beda.