Kapolres Indramayu saat itu, AKBP Rudy Setiawan, SIK, MH, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengusut kasus tersebut hingga tuntas. Dia mengatakan bahwa, "selain sudah adanya laporan yang masuk terkait kasus ini, itu juga merupakan tindakan kriminal yang melawan hukum. Kami masih terus melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut." Demikian pernyataan Kapolres Rudy Setiawan.
Seperti dilansir Poskota, Kasatreskrim Polres Indramayu saat itu, AKP Andry Kurniawan S.Ik, Rabu (26/1/2011) mengatakan bahwa dia tak mau berandai-andai, apalagi mengkaitkan kejadian itu dengan masalah politis.
Namun hal itu bertentangan dengan pandangan aktivis yang sempat mendemo polres Indramayu terkait peristiwa penganiayaan tersebut karena munculnya angapan bahwa peristiwa itu memiliki motif masalah keluarga atau kriminal biasa. Sebaliknya, para pendemo menyarankan polisi agar tidak terperangkap kedalam kesimpulan bahwa motif percobaan pembunuhan aktivis itu adalah masalah keluarga atau kriminal biasa.
Hari ini, 23 Januari 2013, tak terasa 2 tahun sudah peristiwa penganiayaan tersebut berlalu begitu saja. Namun, tampaknya masih banyak aktivis Indramayu yang tidak melupakannya.
Menurut Afif Rahman, SH, Aktivis Pos Bantuan Hukum Berbasis Masyarakat (PBHBM) Indramayu, bahwa berbicara penegakan hukum, peristiwa penganiayaan tersebut merupakan tanggung jawab mutlak Kepolisian, dalam hal ini Polres Indramayu.
Sementara itu, Nanang K. Mahasastra, Ketua DPC SPINDO Indramayu menilai bahwa peristiwa itu bukan hanya percobaan pembunuhan tapi merupakan rekayasa politik yang dilakukan rezim terhadap elemen gerakan Pro Demokrasi dan aparat terjerat dalam pusaran rekayasa tersebut.
"Diindikasikan pelaku merupakan sel ter putus dari kepentingan rezim, maka meski aparat sebenarnya mudah saja mengungkap ini, mereka tidak bisa berbuat banyak karena kepentingan yang ada di dalamnya terlampau kompleks. Oleh karena itu perlu ada Tim Independen dari Komunitas Masyarakat Sipil yang membantu aparat kepolisian mengungkap peristiwa ini," kata Nanang.
Menutup tanggapan dan komentar para aktivis Indramayu, Abdul Kholik, SE, ketua Serikat Buruh Pantura mengatakan, "Kinerja kepolisian mandul. Kasus ini bukan kasus penganiayaan biasa. Ada nuansa politis di balik kasus penganiayaan tersebut. Kinerja kepolisian jadi memble dan tidak transparan."
"Sebagaimana kita tau bahwa kawan Oo (panggilan akrab Oushj Dialambaqa) adalah salah satu orang yang kritis terhadap persoalan Indramayu sehingga wajar kemudian ada kekuasaan yang tidak menginginkan adanya dia. Kepolisian harusnya dituntut untuk bekerja transparan menyikapi penganiayaan yang dialami kawan Oo," pungkas, Kholik