"Setelah 15 tahun, saat ini Sudah waktunya kawan-kawan aktivis 98 merebut estafet kepemimpinan nasional di Legislatif maupun Eksekutif. Kemenangan kawan-kawan aktivis 98 dalam Pileg semoga bisa menjadi spirit baru dan mampu meminimalisir dinasti politik yang memposisikan lembaga DPR atau DPRD tak ubahnya sebuah perusahaan swasta yang bisa diwariskan dari suami ke isteri, anak, keponakan, sepupu bahkan cucu sebagaimana kita lihat terjadi saat ini," ujar Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98), Adian Napitupulu, Jumat (25/1/13).
Ia menjelaskan, relitas terjadinya politik dinasti bukan hanya terjadi di pusat, namun juga lebih parah terjadi di beberapa daerah. Seperti di Kabupten Indramayu, dua periode (2000-2010) dipegang oleh Irianto MS Syafiuddin alias Yance yang saat ini juga menjadi Cagub di Pilgub Jabar 2013. Kemudian bupati Indramayu dilanjutkan oleh istrinya, Anna Sophanah (2010-2015), bahkan isunya, anaknya, Daniel Muttaqien yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Indramayu akan disetting untuk mencalonkan bupati Indramayu pada periode selanjutnya (2015-2020).
Selain itu, Gubernur Banten yang saat ini masih dipimpin oleh Ratu Atut Chosiyah pun disebut-sebut sebagai pelaku politik dinasti yang menempatkan keluarganya pada posisi strategis di wilayah Banten.
Meski begitu, lanjutnya, peluang DPR menjadi lembaga yang lebih baik samih sangat terbuka lebar, jika aktivis 98 mampu merebut kursi dominan.
"Setidaknya harapan untuk meluruskan arah Reformasi akan lebih besar jika mayoritas parlemen dikuasai oleh para 'pelaku' Reformasi bukan para 'pengaku' Reformasi alias Reformis gadungan seperti di tiga pemilu pasca 1998," paparnya.
Tapi, Adian mengingatkan, langkah para aktivis 98 menuju parlemen bukanlah hal yang mudahm pasalnya mereka akan bertarung dengan para caleg yang berasal dari dinasti politik yang dinilai telah menghegemoni banyak partai.
"Bertarung melawan pengusaha-pengusaha hitam, para "pemilik" modal partai, hingga artis-artis populer yang dikenal Rakyat namun tidak mengenal Rakyatnya," jelas Adian.
Oleh karenanya, Ia menyarankan, seberat apapun perjuangannya, berhasil atau tidak, tapi langkah untuk merebut kekuasaan melalui Pemilu maupun tanpa pemilu adalah langkah terhormat yang harus dipahami masing-masing sebagai pilihan taktik untuk menyelamatkan Indonesia dari Kehancuran.
"Sekali lagi, ini saat bagi semua kawan-kawan 98 untuk berpencar untuk menyusun dan berkumpul untuk menggempur," pungkasnya.