Cuplik.Com - Kairo - Menyusul aksi massa yang berujung pada bentrokan berdarah di beberapa kota di Mesir dalam beberapa hari ini, Presiden Mesir,
Muhammad Mursi, mengambil kebijakan dengan menyatakan negara dalam kondisi darurat. Mursi juga memberlakukan jam malam di tiga kota di sepanjang Terusan Suez. Kedua kebijakan yang dimulai pada Senin (28/01/13) malam waktu setempat ini bakal diterapkan selama 30 hari.
Kedua kebijakan tersebut diumumkan oleh Mursi di televisi Mesir. Mursi menyatakan kebijakan ini untuk menghindari letupan kerusuhan yang lebih luas di kota yang lain.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, beberapa bentrokan berdarah terjadi di beberapa kota di Mesir, antara lain Port Said, Ismailia, serta Suez.
"Saya menolak setiap bentuk situasi darurat, namun kebijakan ini mesti diambil untuk menyelamatkan nyawa yang lain," ungkap Mursi.
Mursi pun membuka dialog dengan elit politik yang lain untuk menyelesaikan situasi ini.
Dikutip dari Al Jazeera, Mursi mengundang elit politik dan oposisi Mesir untuk berdialog pada senin malam waktu setempat.
Sementara, juru bicara Oposisi Mesir,
Dawoud, menginginkan undangan dialog yang lebih rinci.
"Tentu saja kami ingin kejelasan dalam dialog itu, karena yang kami tahu, dengan kebijakan yang diambil, Mursi tidak paham masalah di lapangan," ungkap Dawoud sebagaimana dikutip Reuters.
Sementara itu, aktifis HAM Mesir,
Heba Morayef, mengungkapkan ketidaksetujuannya pada kebijakan Mursi. Ia menganggap reaksi Mursi berlebihan dengan meminta menteri dalam negeri menetapkan jam malam.
"Kebijakan darurat tak akan membawa pada keamanan negara, justru bakal memicu kemarahan yang kini sedang dipendam," ungkap Morayef.
Sejak dekrit presiden diumumkan, Mesir mulai dalam kondisi yang tidak stabil. Beberapa aksi unjuk rasa anti-Mursi mulai masif. Aksi-aksi itu mulai mengarah pada kerusuhan, bahkan kerusuhan yang menewaskan banyak orang. Sejak Jum'at kemarin saja, kerusuhan berdarah di Mesir telah menewaskan 48 orang. Selain kerusuhan para pendukung sepakbola di Port Said, beberapa aksi massa juga merayakan revolusi yang menjatuhkan Hosni Mubarak.