Cuplik.Com - Aleppo - Mahmoud al-Halabi, 28 tahun, awalnya merupakan supir pribadi dari istri seorang menteri Suriah. Mahmoud akhirnya dipecat dan dipenjara setahun. Apa kesalahannya? Ia jatuh cinta pada anak majikan.
Nour al-Hassan, adalah putri dari majikan Mahmoud. Dia penata rias di Aleppo. Wanita inilah yang membuat Mahmoud jatuh cinta. Namun, akibat penjara itulah, Mahmoud akhirnya kabur ke Libya dan bergabung menjadi milisi ketika masa perlawanan terhadap Muammar Khadafi. Sampai akhirnya, Khadafi tewas terbunuh di tangan pemberontak.
"Di Libya, saya belajar berperang," ungkap Mahmoud seperti dikutip Al Jazeera pada Senin (28/01/13).
Selang beberapa bulan, saat meletupnya revolusi berdarah di Suriah, Mahmoud kembali lagi ke tanah airnya. Ia membantu kawan-kawannya berjuang melawan Bashar Al Assad.
Saat yang sama, Nour al-Hassan, melakukan perjuangan meski dengan cara yang berbeda. Putri petinggi Partai Baath ini menjadi pegiat jejaring sosial dengan akun pseudonim, dan mengobarkan perlawanan terhadap rezim Assad.
Perbuatan Nour tercium oleh ayah dan saudaranyanya, yang merupakan pendukung setia Assad, sampai akhirnya Nour dihajar dan masuk rumah sakit. Mahmoud mendengar hal ini, dan Nour akhirnya berhasil dibebaskan oleh Mahmoud.
Mahmoud dan Nour akhirnya mulai melawan Assad. Mereka menyebarkan famplet perlawanan. Saat perjuangan beralih ke senjata, mereka berdua ikut memegang senjata.
"Kami mulai menyalurkan senjata ke pasukan Salahuddin bersama. Saya ajari dia bagaimana menggunakan senjata, terutama untuk membela diri. Karena, ayahnya menyewa banyak orang untuk mencarinya dan membawa ke rumah," ungkap Mahmoud.
Kini, Nour menjadi penembak jitu yang diandalkan di pasukan Syaikh Said, dimana pasukan ini merupakan pasukan garda depan yang menghalang pasukan Assad menuju bandara Aleppo.
Sekilas, Nour susah dibedakan dengan prajurit lelaki. Dia memakai pakaian hitam, serta syal panjang yang menutup muka dan kerudungnya. Hebatnya lagi, dia mampu disamakan dengan prajurit pria anggota Jabhat al-Nusra, pemberontak jihadis, yang memakai baju serupa dengannya. Hanya, matanya saja yang tak tertutup dan semua orang bisa menebak bahwa dia perempuan.
Mahmoud dan Nour menikah pada Juli 2012, atau setahun setelah mereka bertemu di rumah menteri itu.
"Ketika saya terluka di pertempuran, dia melindungi saya dan membawa saya dari situasi berbahaya. Tak ada satupun orang yang berani melakukannya," ungkap Mahmoud.
Nour berkata bahwa dia berjuang atas Nama Allah, dan tak akan kembali ke keluarganya.
"Orang tua saya telah tertutup matanya. Mereka tak bisa menerima kebenaran apapun," tutup Nour.