Pasalnya, kebijakan yang diluncurkan masing-masing negara ternyata kemampuannya hanya terbatas. Hanya program bersama dengan magnitude yang besar yang diyakini berdaya guna menahan laju kemerosotan ekonomi dunia.
G20 akan menggelar dua acara masing-masing pertemuan tingkat menteri ekonomi dan pertemuan tingkat kepala pemerintahan. Yang pertama akan dilakukan besok, sedangkan pertemuan tingkat tingginya akan diselenggarakan 2 April.
Ini adalah pertemuan lanjutan untuk membahas hal-hal yang lebih teknis yang diamanatkan pada pertemuan tingkat tinggi sebelumnya pada November 2008 di Washington DC, Amerika.
Dari Amerika, penasihat senior dalam urusan ekonomi pemerintah AS Lawrence Summers sudah mewanti-wanti anggota G20 memfokuskan pembicaraan pada hal-hal yang mendorong pemulihan ekonomi lewat cara meningkatkan permintaan agregat dunia.
“Perlu usaha ekstra keras dari kita semua untuk memompa uang ke pasar dunia. Saatnya sekarang untuk berkontribusi menaikkan permintaan global. Ini agenda permintaan untuk dunia” ujar Summres yang sebelumnya pernah menjadi menteri keuangan.
Apa yang dikatakan Summer itu merujuk pada asumsi bahwa krisis ini menyebabkan pengusaha kehilangan insentif untuk menambah pasokan barang dan dalam skala tertentu kehabisan likuiditas untuk melakukan ekspansi, sementara konsumen menahan diri untuk berbelanja.
Jadilah ekonomi tidak bergerak. Satu-satunya cara, setidak-tidaknya menurut pandangan Keynesian, untuk menambah permintaan adalah belanja pemerintah. Ekspansi anggaran itulah yang dilakukan di sebagian besar, jika tidak semuanya, negara saat ini.
Namun, ternyata apa yang dilakukan itu belumlah memadai, sehingga Summers harus mengingatkan semua negara kelompok 20 menambah dana untuk mendorong permintaan global. Kenapa G20? Karena kelompok ini beranggotakan 19 negara (plus Uni Eropa) dengan tingkat perekonomian besar.
Tidak itu saja, perkumpulan dengan nama lengkapnya The Group of Twenty Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok Duapuluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ini memang digagas untuk menjadi forum bagi anggotanya dalam membahas masalah-masalah ekonomi dunia. Kelompok ini menguasai sebagian besar perdagangan dunia.
Lembaga ini juga didirikan setahun pascakrisis keuangan dunia 1998, setelah G7 yang beranggotakan tujuh negara industri kewalahan mengatasi dampak krisis moneter dan menyadari bahwa ada sejumlah negara saat ini yang bisa ikut membantu mengatasi krisis ekonomi.
Negara industri itu lalu mengundang Indonesia, China, India, Afrika Selatan, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, dan Arab Saudi. Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G 20 empat tahun mendatang. Amerika sebagai pusat krisis amat berkepentingan agar pertemuan G 20 ini mennghasilkan langkah nyata mendorong permintaan global.
Mudah dimengerti kenapa negara ini sangat berkepentingan karena diperkirakan AS baru akan ke luar dari krisis lima tahun mendatang, jika pemerintahnya hanya melakukan seperti apa adanya saat ini. “Saya kira krisis di Amerika ini baru akan pulih lima tahun lagi,” ujar investor kawakan di pasar modal Warren Buffett.
Seperti menjawab kekhawatiran Buffett, Presiden Obama menenangkan warganya dengan mengatakan akan melakukan apa saja yang dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Jika Amerika baru bisa ke luar dari masalah ekonomi ini dalam waktu lama, dampaknya akan terasa lama juga di negara lain, tidak terkecuali Indonesia.
Sebab, Amerika bukan saja menjadi episentrum krisis, juga lantaran negara ini menjadi konsumen terbesar dari produk-produk ekspor sebagian besar kelompok 20. Jadi bisa dikatakan konsumen Amerikalah yang menopang jalannya roda produksi barang dan jasa dunia.