Menurut Hadi Santosa, SE, MM, Direktur AMIK Purnama Niaga Indramayu, Konsekuensi logis otonomi daerah melahirkan kekuasaan otonom yang lebih besar baik itu di bidang politik maupun ekonomi. Sisi positifnya, kue ekonomi bisa mensejahterakan rakyat daerah seoptimal mungkin, sisi negatifnya justru kebalikannya. Jika penguasanya bermental otoriter dan korup, seperti di Indramayu penguasanya adalah Yance dari tahun 2001 sampai dengan hari ini.
"Ia berhasil mematikan elemen-elemen kontrol sosial-politik seperti parlemen, mahasiswa, aktivis, pers, ulama, budayawan, dan sebagainya. Dengan jalan represifitas dan menciptakan ketergantungan dengan dia. Walaupun barangkali ada oposisi, ia pandai merubah oposisi menjadi oportunis. Pada tingkatan grassroot ia berhasil menciptakan model politik yang meminimalisir aspirasi rakyat (mirip konsep Suharto) sehingga masyarakat tidak diberi pilihan politik sesuai keinginannya. Bahkan Saya mengasumsikan, jika ia jatuh maka indramayu juga harus ikut jatuh. Bahkan instrumen-instrumen demokrasi pun ia kuasai demi kelanggengan politik dinastinya. Ini yang saya anggap gaya kepemimpinan otoriterianisme dengan instrumen demokrasi. Ini sangat berbahaya bagi perkembangan peradaban indramayu masa depan. Maka gerakan perubahan harus menjadi keniscayaan
Sementara itu, Adi Kusyandi, SH, MH, praktisi hukum, mengatakan bahwa Indramayu membutuhkan perubahan mendasar, dan itu harus dimulai dari sisi politik, pendidikan, birokrasi dan hukum.
Di sisi lain, Hata, penggiat Organisasi LIRA, mengungkapkan bahwa perubahan menjadi satu pilihan yang masuk akal karena demokrasi yang tidak jalan, korupsi yang masif dan kepemimpinan dinasti yang tak bermoral
Kemudian, Afif Rahman, SH, Ketua Umum Front Pemuda Dermayu, menyebutkan bahwa tidak adanya keadilan di semua bidang kehidupan masyarakat mengharuskan perubahan mendasar di Indramayu
Akhirnya, O'ushj Dialambaqa, Direktur PKSPD, menutup pandangan para tokoh tersebut dengan mengatakan:
"Yance telah meletakkan dasar-dasar politik dinasti atau otokrasi menggunakan mekanisme represi kuasa dan money politics sehingga sistem demokrasi pun mati ditelan sistem dinasti yang mengakar dan menggurita pada birokrasi di semua tingkatan. Ini adalah pola-pola militeristik dimana Yance telah memposisikan dirinya sebagai seorang jenderal dan seluruh aparatus birokrasi hanyalah sekadar prajuritnya"