Berikut kronologis peristiwa serangan tersebut:
Menurut keterangan Abdul Kholik, Kordum aksi, sekitar pukul 5.00 subuh 3 orang perwakilan dari Pemuda Pancasila mendatanginya di balongan, dan salah satunya bernama Durian. Ketiga orang ini mengatakan mendukung aksi buruh dengan catatan tidak membawa isu politik di dalam orasi.
Akan tetapi Kholik menolak komitmen semacam itu karena menurutnya, walau bagaimanapun, bebicara soal buruh akan dengan sendirinya memasuki isu politik sebab buruh adalah obyek kebijakan baik oleh perusahaan maupun pemerintah daerah.
Selanjutnya ke tiga orang tersebut menawarkan untuk menggabungkan massa aksi dan, lagi-lagi Kholik menolaknya. Tetapi saat ketiga orang ini meminta agar diperbolehkan melakukan pengawalan terhadap aksi, Kholik menyetujui permintaan tersebut namun dengan catatan agar mobil Pemuda Pancasila yang mengawal aksi berada pada barisan paling belakang dan dibatasi oleh barisan pengawalan dari buruh sendiri. Lalu pembicaraan tersebut selesai.
Menjelang pagi, satu per satu buruh berdatangan. Sebagian berkumpul di RU VI dan sebagian lagi berkumpul di UPMS III Balongan. Setelah buruh yang berkumpul di RU VI merapat ke UPMS III, sekitar pukul 9.45, Kholik melakukan orasi untuk menyemangati teman-teman buruhnya. Dan sekitar pukul 10.05, barisan buruh yang tergabung ke dalam SBI-KASBI ini melakukan longmarch dengan sasaran DPRD, Pendopo Indramayu dan Dinsosnakertrans.
Pukul 10. 40 barisan berhenti di Universitas Wiralodra (Unwir) untuk menggabungkan SNT, SPPI dan HNSI ke dalam barisan aksi solidaritas ini.
Pukul 11.15 barisan aksi melanjutkan longmarch dan sampai di depan DPRD Indramayu sekitar pukul 11. 35 dan melakukan orasi yang mengangkat isu-isu tentang buruh, petani dan nelayan. Barisan tetap di DPRD sambil istirahat hingga pukul 13.00.
Pukul 13.05 barisan melanjutkan perjalanan dan mencapai pendopo Indramayu pukul 13. 25.
Di Pendopo Indramayu sudah menunggu aparat Polres Indramayu, KODIM 0616, Pemuda Pancasila, Kosgoro serta pemuda-pemuda belia tanpa seragam organisasi. Dan ketika Asrol, Ketua SBI, menyampaikan maksud kedatangan massa aksi solidaritas di hadapan gerbang pendopo yang dipagari oleh aparat Polres Indramayu, Intelkam dan Intelpam, secara perlahan aparat KODIM 0616 mendekati massa aksi lewat sebelah Barat dan di belakangnya terdapat Pemuda Pancasila serta pemuda-pemuda belia tanpa sergam organisasi. Di sebelah Utara, atau di belakang massa aksi, nampak Kosgoro yang berjejer sampai ke depan SD Margadadi IV. Dan persis di sayap kiri sekolah ini berkumpul Intel Polres. Massa aksi ini benar-benar dikepung dari seluruh penjuru dan pengamanan aksi May Day ini dipimpin langsung oleh Kapolres Indramayu AKBP Golkar Pangarso serta DANDIM 0616 Letkol CPN Asyik Rudianto, SMn.
Satu per satu perwakilan organisasi yang tergabung ke dalam barisan pun mulai melakukan orasi, termasuk Sahali, SH, aktivis yang sering melakukan advokasi petani dan nelayan.
Setelah Sahali selesai orasi, beberapa orang lalu mendatangi Kholik dan meminta agar orasi jangan membawa-bawa isu politik. Kholik lalu memberikan jawaban atas permintaan beberapa orang tadi lewat sound system yaitu bahwa persolan buruh terkait tidak hanya dengan perusahaan tempat buruh bekerja namun terkait juga dengan penguasa daerah, siapapun yang sedang duduk sebagai Bupati.
"Ini aksi damai dan kami melakukannya menurut aturan!" teriak Kholik, lewat pengeras suara.
Pukul 14.15, aksi selesai dan barisan aksi bersiap menuju Dinsosnakertrans. Namun ketika barisan massa aksi sampai di depan Telkom, tiba-tiba Pemuda Pancasila mengejar dan menyerang dari belakang disertai pemukulan terhadap aktivis yang paling belakang sehingga sekitar 5 orang aktivis mengalami luka dan memar.
Serangan tersebut dilakukan persis di hadapan aparat TNI-POLRI dimana Dandim 0616 serta Kapolres Indramayu masih ada di tempat kejadian. Pertanyaannya kemudian adalah: mengapa Pemuda Pancasila begitu berani melakukan serangan yang melukai aktivis, justru di hadapan pucuk pimpinan keamanan dan pertahanan lokal yaitu Kapolres serta DANDIM?