Cuplik.Com - Indramayu - Momentum hari kebangkitan nasional (harkitnas) harus dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kebangkitan di sektor-sektor apapun. Sektor pendidikan misalnya. Kejadian mutasi tanpa alasan, politisasi, serta intimidasi yang dihadapi para guru di Indramayu harus dihadapi.
Itulah sekelumit gambaran yang disampaikan
Mustafid, seorang guru, atas kondisi pendidikan di Indramayu yang dihadapinya. Hal tersebut ia sampaikan kepada
Cuplik.com bertepatan dengan Harkitnas pada Senin ini (20/05/13).
"Kita meski kritis dan menghadapi hal itu sebagai tantangan bagi siapapun yang terjun ke dunia pendidikan saat ini," ungkap pria yang juga mantan aktivis mahasiswa Indramayu ini.
Namun, lanjutnya, guru harus tenang dan memiliki kekuatan jiwa dalam menghadapinya. Jangan sampai, badai tantangan yang menyibukkan itu menggoyahkan jiwa para guru dan berakibat buruk bagi perkembangan peserta didik.
Saat ditanya apa kiat dalam menghadapi tantangan itu, Mustafid hanya menyitir firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat AsSyuraa: 39-42.
“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zholim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh. Dan sesungguhya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak suatu dosa pun atas mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zholim kepada manusia dan melampui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih," terjemahnya terhadap beberapa ayat tersebut.
Maka bagi Mustafid, momentum Harkitnas ini harus direfleksikan dalam bentuk perlawanan terhadap apa yang menimpa guru-guru di Indramayu.
"Bangkit itu marah, marah bila melihat kedhaliman, bangkit itu melawan, melawan kebodohan, ketidakadalian dan ketidakberdayaan," tutupnya.