Lihat saja koleksi yang dikeluarkan Fenny Mustafa, Jenny Tjahyawati, dan Anne Rufaidah. Ketiganya tampak memberikan kesan romantis kendati melalui bahasa yang berbeda. Fenny Mustafa menggambarkan sisi romantis melalui bentuk nan feminin yang dihadirkannya lewat detail lipit dan pita. Kendati Fenny tidak menggunakan warna-warna yang menggambarkan romantisme, sisi manis masih terlihat. "Warna solid pun bisa terlihat romantis," ujar pemilik rumah mode muslim Shafira ini.
Adapun Jeny Tjahyawati menggambarkan romantisme melalui palet pastel. Merah muda, ungu, dan marun berpadu manis dalam napas etnis. Seperti juga koleksi sebelumnya, Jeny menuangkan inspirasinya lewat bentukan gamis, tunik, serta blus longgar yang ditambah rompi sebagai pemanis. Model mix & match pun masih jadi andalan desainer berkacamata ini untuk memperkaya variasi koleksinya. Contohnya, saat tunik hadir variatif dengan aksen pada bagian dada dan lengan.
Hal itu, Jeny menuturkan, dimaksudkan untuk menghindari kesan berat dan bertumpuk.
Dalam rancangan kali ini, Jeny tidak begitu banyak menampilkan variasi pada koleksinya. Dia justru menghadirkan berbagai aksen dan detail pada busana luar. Sementara padanan dalamnya di buat dari bahan polos dengan garis rancangan sederhana. Alasan itu juga yang membuatnya banyak menggunakan potongan asimetris di bagian luar.
Seperti pada paduan tunik panjang beserta celana pipa. Uniknya lagi, Jeny menghadirkan bentukan lengan khas kimono Jepang, melebar di bagian ujungnya.
Tak hanya berkonsentrasi pada busana luar, terkadang, ujung celana panjang pun jadi fokus Jeny untuk peletakan aksen. Dengan membuatnya menyempit di bagian tumit, desainnya jadi semakin menarik. Terlebih adanya penambahan kerut yang membentuk draperi, manis sekaligus aksi. Secara keseluruhan, koleksi besutan Jeny memang terkesan mewah meski dibuat bergaya padu padan yang dinamis. Hal itu, Jeny menyebutkan, sengaja dimaksudkan untuk memenuhi permintaan akan busana formal tetapi tidak berlebihan. "Saya mengedepankan unsur praktis sehingga terlihat elegan, tapi mudah digunakan," tuturnya.
Lain lagi dengan romantisme yang ditawarkan Anne Rufaidah, dia menghadirkan palet lembut dan material halus dalam cutting sederhana dan komposisi kain menjuntai. Ya, di tengah tren busana muslim yang penuh bordir, payet, dan renda, Anne justru mendobrak dengan menghadirkan koleksi simpel. Koleksi desainer asal Jakarta ini terlihat ringan, melayang, praktis, tetapi tetap bergaya. Hal itu dilakukan Anne karena dirinya merasa jenuh dengan kemandegan desain busana muslim yang cenderung itu-itu saja. "Kalau trennya payet, semua bikin payet. Lalu, kalau bordir yang in, semua garap bordir," keluhnya.
Untuk itu, Anne memberi pendekatan baru. Rancangannya sengaja dihadirkan minim detail. Sebagai aksen, wanita yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini cukup menggunakan aplikasi sulam ukir dalam tone emas. Manis sekaligus elegan.
Begitu juga dengan pemilihan warna. Anne tidak tampil mencolok dengan barisan warna seru. Sebaliknya, dia memilih palet pastel nan lembut yang semakin menebarkan aroma feminin. Putih, pink, salem, dan beige melayang indah. Material halus lagi ringan mendukung tampilan tersebut. Tidak lagi mengandalkan sutra maupun satin, Anne menggunakan sifon, tule, serta organdi. Bukan tanpa alasan khusus Anne memilih bahanbahan yang digunakannya. "Karena ringan dan praktis," katanya singkat.
Anne bersikap cukup hatihati dalam hal memilih bahan. Tujuannya agar sebagai penutup aurat, rancangannya bisa berfungsi secara benar. Tidak ketat membentuk siluet tubuh, maupun tembus pandang. Desainnya pun terlihat anggun meski modelnya sederhana. "Rancangan saya memang lebih menekankan pada fungsi tanpa mengurangi aspek keindahan," tutur Juara Lomba Perancang Mode Femina 1991 ini.
Bentukan busana yang dihadirkannya pun terlihat simpel. Tidak berlapis-lapis, seperti yang menjadi ciri khas busana muslim selama ini. Hal ini tentu menjadi alternatif baru bagi para muslimah urban yang ingin tampil romantis, tetapi tetap simpel dan tanpa harus ribet menggunakan berbagai ornamen tambahan.