Sementara, pemerintah melalui Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan, keputusan penetapan awal puasa akan diumumkan pada rapat itsbat yang akan dilaksanakan besok Senin (8/7).
MUI dan Muhammadiyah
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ormas Islam Muhammadiyah sudah jauh-jauh hari menetapkan awal puasa jatuh pada Selasa 9 Juli 2013. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan di Kantor MUI, pada Kamis (13/6) lalu.
Saat yang sama, bersama MUI, Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Elyas menegaskan kemungkinan keputusan awal puasa berbeda dengan pemerintah yang memprediksi jatuh pada Rabu 10 Juli 2013. Sehingga pihaknya tidak akan ikut rapat itsbat yang digelar pemerintah karena akan kalah. Selain itu, Muhammadiyah juga sudah menentukan bahwa 1 Syawal 1434 H atau Idul Fitri akan jatuh pada Kamis 8 Agustus 2013.
"Umat Islam Muhammadiyah akan mengawali puasa 1 hari lebih awal (Selasa 9 Juli 2013) dari yang ditetapkan pemerintah (di kalender)," ujar Yunahar.
Oman Fathurohman, dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menjelaskan penentuan awal Ramadan dan 1 Syawal tahun ini didasarkan atas hasil hisab yang dilakukan timnya. hasilnya, ijtimak menjelang Ramadhan 1434 H terjadi pada Senin Pon, 8 Juli 2013 M pukul 14:15:55 WIB. "Pada saat itu, tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta dan hilal sudah wujud." jelasnya.
Nahdlatul Ulama (NU)
Ormas Islam terbesar di Indonesia ini belum menetapkan tapi sudah memprediksi awal puasa jatuh pada Rabu 10 Juli 2013, karena masih menunggu setelah melakukan rukyat pada Senin, 8 Juli besok.
"Meski menurut prediksi hisab Lajnah Falakiyah PBNU menyatakan bahwa awal Ramadhan 1434 H jatuh pada tanggal 10 Juli 2013, tetapi itu sebatas prediksi. NU tetap menggunakan metode rukyatul hilal atau pengamatan hilal sebagai dasar penentu awal Ramadhan 1434 H," kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazali Masroeri di Jakarta, Sabtu (6/7).
Seperti dirilis nu.or.id, hasil hisab penyerasian yang dilakukan oleh Lajnah Falakiyah PBNU untuk awal Ramadhan 1434 H menyebutkan, ijtima' atau konjungsi akan terjadi pada Senin (8/7/2013) pukul 14:15:13 WIB, tinggi hilal saat dilakukan pengamatan 0o21'45" dengan posisi miring ke selatan, dan hilal akan berada di ufuk selama 3 menit 16 detik.
"Untuk menentukan secara pasti awal Ramadhan, NU akan menyelenggarakan pengamatan hilal di seluruh Indonesia yakni di 90 titik strategis dengan menugaskan 110 pelaksana rukyat bersertifikat nasional yang akan melakukan rukyat bersama para alim ulama, ahli hisab, ahli astronomi, ahli fikih dan warga nahdliyin setempat," jelas Kiai Ghazalie.
Hasil rukyat dari berbagai daerah dilaporkan pada posko Lajnah Falakiyah di kantor PBNU Lt 4, Jl Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, dan kemudian akan disampaikan di sidang itsbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Senin besok. Setelah itu NU akan umumkan secara resmi kapan awal puasa dilaksanakan.
Persatuan Islam (Persis)
Surat edaran 1190/JJ-C.3/PP/2013 yang dikeluarkan oleh Sekretaris Dewan Hisab dan Ru'yah Pengurus Pusat Persis, Syarief Ahmad Hakim menyatakan, awal Ramadhan jatuh pada Rabu (10/7).
Alasannya, karena sudah masuk kriteria pada Senin 8 Juli, sudut elongasi bulan/matahari 4 derajat 34 menit. Padahal, minimal ketinggian dan jarak elongasi bulan-matahari 6,4 derajat. Pada hari Senin itu posisi kurang dari kriteria, maka bulan Sya'ban digenapkan jadi 30 hari. Otomatis 1 Ramadan jatuh pada hari Rabu 10 Juli 2013.
"Untuk penetapan 1 Syawal, ujarnya, PP Persis juga sudah menetapkan, yakni jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013," jelasnya seperti dirilis harian pikiran rakyat.
Perbedaan penetapan awal puasa bukan sesuatu yang aneh di Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama diminta tegas atas adanya perbedan-perbedaan tersebut.