Seperti yang terjadi di Desa Jatisawit Lor Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat, warga protes atas kejanggalan pembagian BLSM tersebut yang dinilai sangat tidak adil.
Dari laporan beberapa warga, BLSM hanya diberikan kepada keluarga dan orang dekat dari perangkat desa. Anehnya, beberapa PNS dan calon haji pun ikut menikmati uang kompensasi kenaikan harga BBM tersebut. Sementara manula jompo, fakir miskin, serta warga pemilik Jamkesmas tak bisa mendapatkan seperti apa yang dijanjikan oleh presiden SBY itu."Aneh saja, masa jompo-jompo tidak dapat tapi yang berduit dapet bahkan orang yang mau naik haji, dan ada PNS, juga dapet. Sebenarnya BLSM itu untuk siapa?" ujar salah satu warga setempat, Tarwana, Sabtu (13/7/13).
Aksan, salah satu warga juga mengakui adanya kejanggalan tersebut, bahkan menurutnya hampir terjadi perkelahian warga dan pamong desa gara-gara mempertanyakan pembagian BLSM itu."Iya ada keributan gara-gara bantuan diberikan ke orang kaya, bahkan hampir saling pukul kalau tidak dipisah," jelas Aksan.
Sementara di blok lain, Latif, salah satu pemuda setempat geram dengan adanya bantuan BLSM tersebut. "Harusnya wong desa (pamong) bisa ambil kebijakan, masa iya kok bisa salah sasaran, itu kan untuk warga miskin katanya," kesalnya.Sementara, saat dikonfirmasi ke pihak desa. Memang diakui banyak warga miskin yang tak dapat, namun pihaknya tak bisa menjelaskan kenapa sampai salah sasaran ke orang yang tak tepat.
"Kami sebenarnya hanya menyampaikan, data itu dari sananya, orang pos yang mengantarkan, tapi diserahkan ke kami, jadi kami tidak tahu apa-apa soal kenapa nama-nama itu yang dapat," ujar PJ Kuwu (Kades) Jatisawit Lor, Badari.Badari menjelaskan, nama yang tercantum itu merupakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2011, sehingga pihaknya mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Harusnya pusat memerintahkan kembali kepada kami untuk mendata ulang, biar kami bisa tentukan siapa saja yang dapat," katanya.Bukan hanya itu, dari jumlah 361 orang penerima BLSM di desa tersebut, ada 14 nama yang sudah meninggal, dan bahkkan ada satu nama ganda, sehingga membuat bingung pihak desa.