Abbas melihat, Israel tak menginginkan perdamaian. Buktinya, mereka terus menyerang Gaza. Abbas menyatakan ia akan berpendirian tegas dalam segala perundingan damai dengan Israel. Ia menginginkan perjanjian perbatasan pada 1967 ditepati, sebuah solusi yang adil untuk masalah pengungsi, dan pembatalan-pembatalan perjanjian.
Sebelumnya, Israel dan Palestina pernah mengadakan perundingan pada 2007 di Annapolis AS, yang dimediasi AS. Namun beberapa poin perundingan itu tak berhasil menemukan jalan tengah. Misalnya, status kota Yerusalem yang hingga kini masih diperebutkan, nasib pengungsi Palestina, masalah perbatasan, dan banyak lagi.
Utusan Khusus Presiden AS Barack Obama ke Timur Tengah, George Mitchell, mengungkapkan bahwa proses perdamaian Palestina-Israel sangat kritis. Ia sudah bertemu Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk membicarakan upaya perdamaian di Jalur Gaza. Rencanaya, dia juga berbicara dengan pemimpin Israel, Tepi Barat, Yordania, Turki, dan Arab Saudi.
Di mata dunia Arab, keberadaan Israel yang didirikan bangsa Yahudi, merupakan suatu persoalan. Israel di mata Dunia Arab adalah jantung masalah Timur Tengah. Dalam hal ini, posisi Obama juga bukan kepalang sulitnya. Obama harus berbaik hati kepada Yahudi sekaligus kepada Palestina dan Arab.
Ketika berkampanye untuk menjadi presiden AS, Barack Obama berkali-kali meyakinkan publik Yahudi bahwa politiknya tetap pro Israel. Pada Juni 2008, di hadapan kelompok lobi pro Israel, American Israel Pubblic Affairs Committee (AIPAC), Obama menyatakan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi ibukota Israel dan begitulah seharusnya.
Dalam kunjungan ke Israel pada Juli 2008, Obama mengulang kembali dukungan penuhnya untuk Israel. Ia berkomitmen menjaga keamanan Israel, khususnya dari ancaman Iran. Obama memandang nuklir Iran sebagai ancaman dan harus dicegah dalam kepemilikan senjata nuklir.
Padahal bukan rahasia umum lagi Israel-lah yang memiliki ratusan senjata nuklir dan negara itu pula yang menjadi sumber ancaman dunia, khususnya di Timur Tengah. Pembelaan Obama terhadap zionis bukan tanpa alasan. Sebab ia terpilih menjadi senator dan kemudian presiden berkat dukungan kelompok Yahudi.
Ketika pertama kali meluncurkan kampanye sebagai kandidat presiden Partai Demokrat tahun 2006, ia mendapatkan dukungan dana dari Alan Solomont, pilantrofis Yahudi Boston. Pidato kebijakan luar negeri pertamanya juga dilakukan di AIPAC.
Jelas, Obama menghadapi masalah kritis dan kompleks di Timur Tengah. Butuh perhatian dan komitmen seriusnya untuk membangun kembali relasi Islam-Barat yang lebih baik, hangat, dan manusiawi.
Masalah di Timur Tengah yang paling mendesak adalah Irak yang didera kekerasan dan kerawanan politik serta tak teratasi dengan kehadiran militer AS. Juga masalah Iran yang memiliki kekuatan nuklir, dan proses perdamaian Palestina-Israel yang kian melemah. Termasuk pemerintahan yang lemah di Lebanon dan Palestina dalam menghadapi kelompok-kelompok Islam militan.
Posisi AS terus melemah dalam beberapa tahun terakhir akibat kegagalan dan ketidakmampuan mengelola maupun menyelesaikan konflik kawasan. Upaya yang saat ini mulai terdengar adalah Obama bermaksud mengurang pasukan AS di Irak, membatasi peran tempur mereka, dan meningkatkan tanggung jawab kepada pasukan Irak sendiri.
Obama melihat, perang di Irak telah membesarkan hati Iran yang memberikan tantangan terbesar terhadap kepentingan Amerika di Timur Tengah. Teheran juga bisa meneruskan program nuklir mereka dan mengancam sekutu AS, yakni Israel.
Mengenai upaya perdamaian itu, Obama mengatakan, sudah waktunya bagi Palestina dan Israel untuk memulai kembali perundingan damai. Pemerintahannya akan mulai mendengarkan dan berbicara kepada pihak-pihak yang terlibat tanpa prasangka apa-apa.
Sejauh ini, perpecahan internal Palestina ibarat bom waktu yang kendali ledaknya berada di tangan Israel. Israel bisa memanfaatkannya untuk melumpuhkan Hamas khususnya dan melemahkan politik Palestina secara keseluruhan. Namun efek ‘ledakan’ juga akan melanda Israel.
Para analis memperkirakan, Obama sulit untuk bersikap tegas kepada Israel maupun Hamas (Palestina) karena kedua musuh bebuyutan itu sama-sama memiliki sikap garis keras, trauma, dan pengalaman historis sendiri.
Obama mengakui tidak bisa mengatakan, baik kepada Palestina maupun Israel, apa yang terbaik bagi mereka. Namun, ia yakin waktunya sudah matang bagi kedua pihak untuk menyadari bahwa jalan yang mereka ambil sekarang tidak akan menghasilkan kemakmuran dan keamanan bagi rakyat.