"Kenapa ketika ada acara dari kelompok agama lain mereka tidak masalah, namun acara warga muslim menjadi perhatian?" tanya aktivis Islam Prancis, Abdallah Zekri, seperti dikutip Associated Press, Senin (05/08/13).
"Warga Muslim juga bagian dari Prancis," lanjutnya.
Alasan Pemerintah Prancis atas situasi tersebut adalah dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai sekularisme yang memisahkan negara dengan agama. Mereka melarang praktek-praktek keagamaan di tempat umum untuk menjaga harmoni masyarakat. Akan tetapi, banyak warga muslim merasa kebijakan itu ditunggangi perasaan anti-Islam.
Di antaranya yang menjadi perhatian komunitas muslim adalah larangan mengenakan jilbab. Kebijakan itu membuat perempuan muslim Prancis kesulitan mendapat bekerja.
"Saya tidak pernah diterima bekerja di kantor," kata Mohera Lukau, perempuan Prancis keturunan Aljazair.
"Banyak yang menyuruh saya kembali ke negara asal saya ketika saya mempertanyakan kebijakan pemerintah. Padahal saya lahir dan besar di Prancis," lanjutnya