Jakarta - Beberapa televisi merilis jumlah korban tewas dalam kejadian di Vihara Ekayana Amara di bilangan Duri Kepa, Jakarta Barat, tengah pekan ini. Tak tanggung-tanggung, salah satu televisi di bawah bendera Viva Asia, TVOne, merilis tiga korban tewas dalam peristiwa bom tersebut.
Spekulasi kemudian terjadi. Banyak pihak kemudian menyangkut pautkannya dengan tragedi Arakan di Myanmar. Dimana ummat Islam menjadi korban atas genosida yang dilakukan oleh kalangan Buddha. Mabes Polri kemudian merilis secara resmi pernyataan sikapnya yang mengatakan bahwa bom ini terkait dengan jaringan pelaku yang juga berusaha meledakkan pos polisi di Rajapolah, Tasikmalaya.
Sampai kemarin, seorang jurnalis senior Republika memberikan pernyataan yang cukup gambalng mengenai peristiwa tersebut. Dalam status Facebook-nya, jurnalis yang bernama Teguh Setiawan ini, memaparkan beberapa hal yang mencurigakan terkait peristiwa bom tersebut.
Teguh mengungkapkan kejanggalan peristiwa ledakan bom tersebut. Selain tidak menyisakan saksi mata, warga setempat justru keluar setelah ada pemberitaan dari TVOne. Melissa, yang diwawancara oleh televisi tersebut, juga merupakan saksi telinga, menurut Teguh.
"Dalam vihara ini, karyawan yang telah pulang, tidak lagi diperbolehkan masuk. Kecuali 'anak dalam' yang berjumlah lima orang," ungkap Teguh.
Teguh mengungkapkan cerita salah satu narasumbernya, Ponijan Liaw, bahwa bom itu sebenarnya tidak mengganggu ibadah yang terjadi di dalam vihara tersebut. Selain patung Budha yang juga tidak tergores sama sekali, Bhante Aryamaitri bahkan masih melanjutkan ceramahnya. Hanya saja, ada seorang wanita yang menjadi korban. Namun wanita ini sudah diperbolehkan pulang sesaat setelah kejadian tersebut. Ia hanya terkena ledakan kaca, ungkap Teguh.
Ia sempat bertanya pada pedagang rokok di sekitar vihara teresbut saat sahur. Menurut pedagang rokok itu, suara petasan memang sering terdengar di sekitar vihara tersebut.
Teguh kemudian bercerita,"Besok saya pasang petasan besar di masjid samping rumah saya, lalu saya telepon Gegana Polri bahwa bom meledak di Masjid Nurul Ikhlas."
Ia sampaikan pikirannya itu ke beberapa kawan. Salah seorang dari mereka mengatakan,"Polisi nggak mungkin menanggapi telepon kau, karena itu tidak ada dalam skenario mereka."