Hal itu disampaikan Dewi Nurmalasari, MA di sela-sela bedah tesis Magisternya yang berjudul 'Modalitas Perempuan dalam Kontestasi Politik Lokal (studi kasus pada caleg perempuan dalam pemilu 2009 di Kabupaten Indramayu) Kamis, (15/08/13).
Menurut Dewi, dalam banyak kasus di berbagai sektor sebenarnya wanita masih berada di bawah bayang-bayang laki-laki sebagai pengendalinya.
Lanjut Dewi lagi, dalam kurun 10 tahun terakhir ini banyak wanita yang masuk ke dunia politik bukan karena hasil kemerdekaannya dalam berpikir (bukan karena pilihannya sendiri: Red), namun lebih kepada upaya-upaya protektif-kuasa karena keterbatasan suami.
"Yang saya maksud bukan karena upaya protektif-kuasa itu salah, sebab kapanpun dan dimanapun kekuasaan itu cenderung diproteksi, tapi yang saya sesalkan adalah bahwa wanita tidak merdeka dalam mengambil keputuan-keputusan politik untuk meningkatkan harkat dan martabat wanita pada umumnya," kata Dewi
Dewi memberikan gambaran tentang bagaimana 30% keterwakilan perempuan di parlemen, maupun di dalam organisasi sosial adalah hasil "belas kasihan laki-laki terhadap perempuan".
"Lihat saja tentang wanita di rumah harus bagaimana, di kantor harus bagaimana, dan bagaimana wanita harus bersuara di Parlemen, itu semua adalah hasil "petunjuk" laki-laki dan "petunjuk" itu tak bisa ditemukan dasar-dasar epistemologisnya," papar Dewi, lagi