Hal itu diungkapkan berdasarkan fakta lapangan saat terjadinya insiden pada Minggu (25/8) kemarin saat ribuan petani yang tergabung dalam Serikat Tani Indramayu (STI) melakukan aksi konvoi dalam rangka penolakan pembangunan waduk Bubur Gadung di desa Loyang kec. Cikedung kabupaten Indramayu.
"Aksi damai petani mendapat perlawanan preman suruhan kuwu Loyang (Ahmad Subarjo), petani dihadang dan dipukuli secara membabi buta menggunakan balok bambu sehingga puluhan petani mengalami luka parah dan sampai pada percobaan pembunuhan," ungkap Pengurus PMII Indramayu, Danang kepada cuplik.com kemarin.
Menurutnya, hadirnya para preman mengakibatkan petani lain yang berhasil menghindar dari preman tepancing emosi, akhirnya satu unit eskavator (beko) dibakar massa. setelah itu massa membubarkan diri.
"Namun ketika massa mulai membubarkan diri dihadang petugas dan menembaki petani yang sedang aksi damai dengan gas air mata sehingga massa berhamburan karena kaget dikejar oleh polisi," jelasnya.
"Peserta aksi yang tertangkap dipukuli dan diseret oleh petugas secara tak manusiawi. Tindakan represif petugas sangat disayangkan oleh petani," imbuhnya.
Sementara menurut salah satu korban dari massa petani, Ikin, mengungkapkan, Ia meminta petugas kepolisian seharusnya melindungi masyarakat, "Tidak malah berpihak kepada perusahaan dan preman bayaran," ungkap Ikin salah satu korban pengeroyokan.
Dalam insiden ini, petugas menyekap 9 petani diantaranya Kabid jaringan PMII Indramayu Dan Mantan ketua Umum PMII Indramayu, Hamzah serta Sekjen STI, Abdul Rojak.
"48 kendaraan bermotor petani dirusak oleh petugas dan dibawa ke Mapolres Indramayu. sampai saat ini 4 dari 9 petani yang di tahan sudah di bebaskan oleh polres Indramayu,"
Aksi tersebut dipicu akibat adanya tuntutan dari para petani untuk mengganti lahan dan tanaman yang digusur akibat pembangunan waduk.